SLEMAN, SMJogja.com – Harga komoditas cabai sejak sepekan terakhir terus melonjak. Hasil pendataan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sleman per Jumat (10/6) mencatat harga cabai merah keriting rata-rata Rp 68.000/kg sedangkan cabai rawit hijau Rp 70.000/kg.
Harga cabai rawit merah bahkan menembus Rp 85.000/kg. Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Sleman Suparmono mengungkapkan, tingginya harga tidak lepas karena faktor serangan hama pathek terhadap tanaman cabai. Imbasnya, ketersediaan cabai di pasaran menjadi terbatas dan tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat.
“Luasan lahan yang terserang pathek kurang lebih 10 hektare berupa spot-spot. Meski terkena pathek tapi petani tetap untung karena cabai masih bisa dijual seharga Rp 15.000 per kilo, atau diatas BEP Rp 11.500,” kata Pram saat dikonfirmasi, Jumat (10/6).
Saat ini diperkirakan ada sekitar 80 hektare lahan cabai rawit, dan 101 hektare lahan cabai keriting di Sleman. Sentra budidaya terutama di wilayah Ngaglik dan Pakem. Normalnya, produktivitas tanaman berkisar 6-7 ton/ha. Namun dengan adanya serangan pathek berkurang jadi 4 ton.
Mundurnya periode musim hujan tahun ini semakin memperparah serangan hama. Secara teori, jamur Colletotrichum atau jamur Gloeosporium yang menjadi penyebab penyakit pathek bisa berkembang pesat pada kelembaban di atas 90 persen, dan suhu di bawah 32⁰ Celcius. Jamur tersebut menyerang hampir seluruh bagian tanaman mulai dari ranting, daun, cabang hingga buah.
“Tanaman yang terserang pathek biasanya muncul gejala bercak melingkar cekung berwarna coklat. Bercak ini bisa meluas sehingga mengakibatkan buah busuk, kering, dan akhirnya jatuh,” terangnya.
Untuk mengatasi pathek, petani dianjurkan melakukan pembersihan gulma pada tanaman secara rutin. Pasalnya, gulma akan menghambat aliran kelebihan air dari lahan terutama saat musim hujan. Pathek juga bisa diatasi dengan merempel tanaman cabai. Sebab jika tanaman terlalu rimbun, jamur akan mudah menyerang.
Upaya antisipasi lainnya adalah mengatur drainase serta penyemprotan menggunakan fungisida. Pemupukan yang tepat juga berpengaruh. Apabila pupuk yang diberikan mengandung unsur Nitrogen berlebih, akan menjadikan rawan serangan pathek.
Menghadapi panen raya yang diperkirakan berlangsung mulai Juli, DP3 bersama pengelola 14 titik kumpul cabai telah berkoordinasi untuk melakukan gerakan pengendalian penyakit. Kegiatan pengendalian ditargetkan tiga kali dalam seminggu.
Salah satu petani di Purwobinangun, Awan Turseno (50) mengungkapkan, penyakit pathek sampai saat ini menjadi momok yang sangat merugikan bagi petani. Karena itu, dia mendukung program pengendalian yang dilaksanakan oleh dinas.
“Hanya saja, kami terkendala obat fungisida yang harganya kian mahal. Ditambah, hujan masih sering turun terutama pada malam hari sehingga semakin sulit mengendalikan penyakit antraknosa ini,” ucap Awan.
Ditengah biaya operasional yang melambung, menurut dia, tingginya harga cabai bisa menjadi penolong bagi petani cabai untuk bertahan dan menyelamatkan panenannya.