SLEMAN, SMJogja.com – Atlet yang akan bertanding di ajang Pekan Olahraga Daerah (Porda) XVI dan Pekan Paralimpik Daerah (Peparda) III DIY Tahun 2022 menjalani skrining kesehatan dan mental, Kamis (11/8). Kegiatan ini dipusatkan di Gedung Serba Guna, dan diikuti 1.010 atlet dan official kontingen asal Sleman.
Kepala Bidang Pembinaan Olahraga Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sleman Dwi Handoko Wiyoto mengatakan, skrining ini dimaksudkan untuk menyiapkan kondisi fisik dan psikis atlet sebelum berlaga pada tanggal 1-9 September mendatang. “Dalam penyelenggaraan skrining ini kami bekerjasama dengan Koni dan NPC. Kegiatan dibagi lima sesi sesuai cabor,” terangnya ditemui disela kegiatan skrining, Kamis (11/8).
Harapannya semua atlet bisa mengikuti skrining tersebut. Namun mengingat kemungkinan jadwal yang padat, diproyeksikan setidaknya 75-80 persen peserta dapat hadir. Skrining kesehatan ini melibatkan petugas Dinas Kesehatan termasuk psikolog, ahli gizi, dan dokter.
Jenis pemeriksaannya antara lain pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar perut, tensi, dan gula darah. Dengan jeda waktu kurang lebih tiga pekan, diharapkan atlet bisa mengikuti program terapi apabila didapati masalah terkait kesehatan.
“Disini juga dihadirkan fisioterapi. Semisal ada atlet yang cidera bisa langsung konsultasi,” kata Handoko.
Pada bulan Maret lalu, para atlet Porda juga telah menjalani skrining fisik yang diselenggarakan di UNY. Kegiatan hasil inisiasi Koni Sleman ini diikuti 900-an atlet. Wakil Ketua Umum II Koni Sleman Endang Rini Sukamti menjelaskan, tes fisik tersebut bervariasi namun utamanya menyangkut biomotorik dan skill.
“Untuk skill, kami serahkan ke masing-masing pelatih. Tapi hasil skrining biomotor masih ada yang sekiranya perlu ditingkatkan semisal menyangkut daya tahan,” ujar Guru Besar Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga UNY itu.
Idealnya, skrining fisik diadakan rutin tiap periode 3-6 bulan sekali. Namun mengingat waktu yang sudah mepet, Koni tidak lagi mengagendakan skrining dalam rangka kesiapan Porda. Karena itu, diia berharap masing-masing cabor bisa memanfaatkan waktu yang tersisa untuk meningkatkan frekuensi latihan.
“Untuk tes diserahkan kepada tiap cabor. Mereka juga melakukan tes sendiri, sedangkan kami secara umum,” tutupnya.