SLEMAN, SMJogja.com – Dalam rangka Hari Pangan Sedunia Tahun 2022, Kevikepan Yogyakarta Barat Rayon Sleman 1 menggelar Gebyar UMKM. Acara diadakan di desa wisata Brayut, Pandowoharjo, Minggu (25/9) dengan mengusung tema Bangkit dan Bergerak UMKM.
Gebyar UMKM yang baru pertama kali diselenggarakan pasca pandemi ini berlangsung semarak. Berbagai rangkaian kegiatan digelar antara lain pelatihan packaging bahan ramah lingkungan, bazar, lomba mewarnai dan menggambar, tangkap ikan di kolam, memancing dengan busana Jawa, gebyar seni, dan pentas jathilan.
Pengunjung bahkan bisa mengambil paket sayuran yang disediakan gratis oleh panitia. Ketua panitia, Robertus Adam Agung mengatakan ada 60 pelaku UMKM fashion dan kuliner yang dilibatkan. Mereka berasal dari empat paroki yaitu Brayut, Somohitan Turi, Pakem, dan Banteng.
“Kegiatan ini masih akan berlanjut ke Gamping, dan Kulon Progo. Rencana penutupannya diadakan tanggal 16 Oktober di Bantul,” katanya.
Animo pelaku UMKM terhadap kegiatan itu cukup tinggi. Terbukti, banyak yang mendaftar sebagai peserta namun karena keterbatasan tempat sehingga dibatasi hanya 60 stan. “Melalui event ini diharapkan masyarakat dan UMKM bisa saling bahu-membahu dalam menggerakkan roda perekonomian. Kami juga bekerjasama dengan Disperindag yang turut membuka peluang kepada peserta untuk menjadi bagian Rumah Kreatif Sleman,” tambahnya.
Acara ini juga dihadiri Ketua DPRD Sleman Haris Sugiharta, dan anggota Komisi VIII DPR RI My Esti Wijayati. Dalam sambutan pembukaannya, Haris Sugiharta menyebut kegiatan ini merupakan wujud kepedulian panitia untuk membangkitkan UMKM yang ada di Pandowoharjo dan sekitarnya. “Banyaknya UMKM yang berpartisipasi membuktikan mereka termotivasi untuk bangkit dan bergerak lagi,” ujarnya.
Dia meminta event semacam ini dapat berangsur diadakan hingga Kabupaten Sleman mampu membangun ekonomi secara mandiri. Terlebih, dua tahun dihantam pandemi mengakibatkan banyak sektor perekonomian lumpuh. Supaya lebih memotivasi warga, pada kesempatan itu Haris juga membagikan 10 voucher senilai masing-masing Rp 100 ribu.
Sementara itu, My Esti Wijayati meminta agar kegiatan semacam ini tidak hanya selintas lalu, namun perlu dirumuskan supaya bisa menjadi penggerak ekonomi warga secara berkelanjutan. Untuk itu dibutuhkan peran pemerintah dalam hal pembinaan UMKM.