JOGJA, SMJogja.com – Ribuan orang meninggal dunia akibat gempa hebat di Maroko. Gempa bumi berkekuatan 6,8 Skala Richter merupakan bencana paling mematikan di negara tersebut dalam beberapa dekade.
Tercatat sebanyak 2.862 orang kehilangan nyawa dan 2.562 orang mengalami luka berat. Jumlah ini masih bisa bertambah karena tim penolong masih mencari para korban di reruntuhan.
Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di Kerajaan Maroko segera merespons dengan cepat. Mereka menggandeng Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) yang berpusat di Yogyakarta.
Muhammadiyah menerjunkan dua orang memberikan bantuan kemanusiaan yang cepat dan efektif. Mereka yakni AI Afik MKep, Dosen Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Wahyu Pristiawan Buntoro. Mereka menjadi bagian dari tim asistensi dalam respons penanganan dampak gempa di Maroko.
”Kami bertugas di sini selama 14 hari hingga 26 September, berkoordinasi dengan pihak-pihak yang sudah tiba dan memberikan bantuan penanganan korban gempa,” tutur Afik dari sambungan telepon, Senin (18/9/2023).
Rencana Operasi
Ia menjelaskan, setiba di sana langsung berkoordinasi dengan PCIM Maroko. Mereka menyusun rencana operasi untuk menentukan pos pelayanan, bentuk layanan, waktu layanan, dan sumber daya manusia (SDM). Ia juga melakukan asistensi Manajemen Pos Koordinasi dan melakukan asesmen di lokasi-lokasi tedampak gempa.
”Saya juga ditugaskan untuk berkoodinasi dengan para pihak, khususnya pemangku kepentingan dan NGO atau Lembaga Swadaya Masyarakat lokal dalam menyiapkan SDM-SDM untuk membantu penanganan pasca gempa,” jelas Afik lagi.
Di lapangan, ia melihat jumlah korban terus bertambah, termasuk korban luka dan lainnya. Karena itu, mereka harus bekerja keras, cepat dan tepat. Persiapan secara organisasi sudah dilakukan untuk mematangkan rencana-rencana di lokasi bencana. Ia berharap penanganan gempa yang terjadi di Maroko dapat terkelola dengan baik.