JOGJA, SMJogja.com – Dua organisasi besar, Partai Golkar dan Nahdlatul Ulama (NU) sama memegang prinsip nasionalis religius. Keduanya berusaha membendung paham anti Tuhan dan memberi pencerahan pada masyarakat. Partai melalui jalur politik, NU melalui jalur keagamaan.
Hal itu terungkap dalam pengajian menjelang buka puasa DPD Partai Golkar DIY. Pengajian berlangsung di Grha GPC Imogiri, Bantul. Ratusan kader dan fungsionaris partai mengikuti kegiatan tersebut.
”Kami memegang komitmen sebagai partai nasionalis religius sehingga kegiatan – kegiatan keagamaan terus berlangsung. Kami punya punya satkar ulama, MDI dan Pengajian Al Hidayah. Keberadaan lembaga itu untuk membendung paham anti Tuhan,” tandas Ketua DPD Partai Golkar DIY, Gandung Pardiman.
Partainya secara rutin menggelar semaan Al Qur’an. Kegiatan itu sudah berlangsung sejak lama dari tahun ke tahun. Kegiatan keagamaan tak hanya ketika bulan puasa tetapi juga di kesempatan lain.
Tak Terpisahkan
Ketua PW NU DIY KH Ahmad Zuhdi Muhdlor ketika mengisi pengajian bercerita seperti berada di rumah sendiri. Ia pernah menjadi pengurus Partai Golkar bahkan duduk sebagai wakil rakyat DPRD DIY.
Seperti halnya Gandung, ia membenarkan Partai Golkar merupakan partai nasional religius. Hal ini hampir sama dengan NU yang juga religius nasionalis. Ia mengingatkan jika partai sudah meninggalkan nasionalis -religius maka akan mendapatkan penolakan dari masyarakat.
”Berdirinya republik ini juga tidak bisa dipisahkan antara nasionalisme dan religius. Jadi, organisasi apapun harus melihat ke sana. Golkar sudah sangat tepat sebagai partai nasionalis -religius,” tandas Zuhdi.