TIONGKOK, salah satu negara yang memiliki peradaban tertua di dunia. Dengan usia sejarah lebih dari 3.000 tahun, Tiongkok memiliki keragaman budaya yang teramat kaya meliputi orisinalitas dan kompleksitas bahasa, seni bela diri seperti kung fu dan tai chi. Ada pula pengobatan tradisional, seni puisi, kaligrafi dan opera, serta kreatifitas kostum, festival dan porselen. Ini menempatkan Tiongkok sebagai negara yang lebih besar dan spektakuler dibandingkan negara mana pun di dunia.
Di sisi yang lain, stigma serta label negatif melekat pada Tiongkok terutama jika menyangkut persoalan hak asasi manusia. Tiongkok dinilai sebagai negara dengan ideologi komunis yang menerapkan sistem represif kepada warganya dalam hal kebebasan berekspresi dan beragama. Pemerintah kerap dianggap melakukan pelarangan kepada rakyatnya dalam mempraktikkan nilai-nilai keagamaan khususnya bagi masyarakat muslim.
Namun, masyarakat dunia sering tidak mengetahui kondisi sebenarnya. Meskipun partai tunggal penguasa berideologikan atheis, anggota partai tidak percaya pada agama atau mengambil bagian dalam praktik keagamaan apa pun. Jumlah muslim di Tiongkok mencapai 20 juta yang berasal dari berbagai etnis minoritas, seperti Hui, Han, Salar, dan Uighur.
Tiongkok secara konstitusi mengizinkan warga negara untuk menjalani praktik keagamaan. Ada aturan yang menyebutkan warga negara berhak menikmati kebebasan beragama. Artinya, terdapat larangan melakukan diskriminasi dalam beragama termasuk pemaksaan untuk percaya atau tidak percaya pada keyakinan tertentu.
Undang-undang yang menyatakan bahwa setiap praktik keagamaan dilindungi oleh hukum dan dijamin tidak diganggu turut menumbuhkan organisasi keagamaan di Tiongkok. Organisasi-organisasi tersebut memiliki kebebasan mengajarkan pengetahuan agama di lembaga pendidikan mandiri. Secara singkat, meskipun terdapat pengawasan yang ketat terkait kelompok beragama di beberapa wilayah tertentu, kegiatan ibadah atau keagamaan berjalan dengan normal. Wihara, masjid, gereja merupakan tempat ibadah yang tidak sulit ditemukan.
Menjalani Puasa
Selain masjid, menemukan restoran muslim bukanlah persoalan sulit. Tiongkok memiliki jumlah penduduk muslim yang banyak. Bahkan secara umum terdapat restoran halal di kampus-kampus di Tiongkok. Biasanya restoran yang menyajikan masakan halal menampilkan tanda-tanda label halal berhuruf Tiongkok dan Arab.
Pada bulan puasa, masyarakat muslim di sejumlah daerah menjalaninya seperti halnya muslim di belahan dunia yang lain. Waktu berpuasa jauh lebih lama yaitu sekitar 17 jam per hari, yang diawali pada waktu subuh sekitar pukul 02.54 waktu setempat dan diakhiri dengan bedug maghrib pukul 19.34 waktu setempat. Masyarakat muslim Tiongkok menjalani puasa dengan penuh suka cita termasuk tarawih setiap malam di masjid.
Pada tahun ini, kasus pandemi masih terjadi. Ibadah tarawih berjamaah sudah mulai dilakukan secara rutin setiap malam dengan protokol yang ketat seperti pemeriksaan suhu tubuh, menjaga jarak dan memakai masker. Masjid hanya ditutup setiap kali ditemukan kasus baru. Namun, setelah dianggap mereda, masjid dibuka kembali untuk umum.
Jika merujuk pada pemberitaan internasional, kebebasan beragama di Tiongkok mungkin tidak dinikmati oleh seluruh muslim. Di Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang (XUAR) contohnya, selama tiga tahun berturut-turut, pemerintah pusat melakukan pelarangan berpuasa. Ketika tahun lalu pembatasan dilonggarkan, penduduk muslim yang ingin berpuasa wajib lapor atau mendaftarkan diri. Persoalan isu politik membuat pemerintah pusat di Beijing menerapkan aturan tersebut.
– Penulis, Muhammad Aziz MCs, PhD Candidate Hehai University, Nanjing, China, Dosen Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
1 comment