BPBD Sleman Siaga Bencana Kekeringan

Kegiatan droping air bersih di Tempel tahun 2022 / dok BPBD Sleman

SLEMAN, SMJogja.com – Sebagian wilayah di Kabupaten Sleman kini memasuki status Siaga kekeringan meteorologis. Mengacu rilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY, beberapa daerah yang sudah tidak turun hujan selama lebih dari 31 hari antara lain Prambanan, Berbah, Depok, Kalasan, Ngemplak, Gamping, Seyegan, dan Minggir.

Sebagai upaya kewaspadaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman telah mengambil sejumlah langkah proaktif dan berkelanjutan. “Sampai sekarang belum ada laporan dan hasil monitoring dari tim relawan setempat tentang kekurangan air baku di wilayah yang diperkirakan mengalami kekeringan sesuai informasi BMKG,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Bambang Kuntoro, Jumat (23/6).

Namun begitu, Pemkab telah mengambil beberapa upaya salah satunya dengan mengeluarkan Surat Keputusan Bupati tentang Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi Nomor 19.2 /Kep. KDH/2023 tertanggal 10 Maret 2023. Di dalam surat keputusan itu diatur langkah-langkah antisipasi bencana kekeringan. Selain itu, BPBD Sleman juga sudah menyiapkan 29 tangki ukuran 5.000 liter untuk droping air jika nantinya masyarakat membutuhkan.

Berdasar pengalaman tahun lalu, kekeringan terjadi di Kalurahan Banyurejo, Kapanewon Tempel yang mencakup Padukuhan Tangisan, Plambongan, dan Jambeyan,  serta Kalurahan Margokaton, Seyegan meliputi Padukuhan Susukan I dan Susukan II. Kekeringan tersebut terjadi karena dampak revitalisasi Selokan Mataram. 

Read More

“Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak akan koordinasi bila ada revitalisasi Selokan Mataram dengan OPD terkait sehingga tidak berdampak buruk atau kekeringan,” lanjut Bambang.

Wilayah Prambanan adalah paling rawan kawasan bencana terutama di Gayamharjo, Sambirejo, Wukirharjo, dan sebagian Sumberharjo. Namun sejak tahun 2020 telah dibangun pompa dari PDAM yang diambil dari mata air Padukuhan Pendekan, Tirtomartani, Kalasan. 

“Air dinaikkan ke bak penampung di wilayah tertinggi di Mintorogo, Gayamharjo, Prambanan lalu diluncurkan secara gravitasi ke hidran umum di beberapa wilayah dan di sambungan rumah di wilayah Prambanan. Sehingga mulai tahun 2020 kawasan tersebut telah terlayani melalui Organisasi Pengelola dan Pemakai Air, PDAM serta Pamsimas Desa yang merupakan program DPUPKP Sleman,” jelasnya.

Dia pun berpesan kepada masyarakat agar bijak menggunakan air bersih mengingat saat ini sudah memasuki musim kemarau kering. Selain itu yang perlu adalah diwaspadai longsoran material Gunung Merapi yang dikhawatirkan bisa merusak pipa air bersih.

Related posts

Leave a Reply