Cerdaskan Pribumi di Masa Kolonial, Cetak Buku Berbahasa Jawa

Buku-buku berbahasa Jawa tahun 1922 masih tersimpang di musium

JOGJA, SMJogja.com – Kaum pribumi termarginalkan selama penjajahan. Hanya orang-orang dari kelompok tertentu yang dapat menikmati ekonomi, pendidikan dan strata sosial. Berangkat dari kondisi itulah, Kanisius menjalankan misi mencerahkan dan mencerdaskan kaum pribumi di era penjajahan.

”Buku-buku terbitan kami hampir semuanya berbahasa Jawa karena memang untuk mencerahkan, mencerdaskan kaum pribumi,” tutur Humas Kanisius, Christin Natalia P di sela-sela pameran dalam rangka 100 Tahun Kanisius.

Ia menjelaskan penerbit – percetakan yang berdiri tahun 1922 tersebut merupakan bagian dari sejarah panjang dunia percetakan nasional. Kanisius menjadi yang tertua kedua dengan usia 100 tahun, sedangkan yang pertama percetakan milik negara Balai Pustaka.

Direktur Utama PT Kanisius, Rama E Azismardopo Subroto SJ memegang teguh setia pada karya awal, yakni melayani pencetakan buku dan menerbitkan buku pelajaran serta aneka bacaan. Bukan sembarang buku, ia dan tim tetap pada komitmen mencerdaskan kehidupan bangsa melalui buku yang mencerahkan.

Read More

Perkembangan Teknologi

Ia menegaskan, kondisi sekarang membuat siapa saja untuk adaptif mengikuti zaman yang semakin dinamis, cepat berubah, dan fokus ke teknologi. Tentu saja hal ini menjadi peluang dan tantangan bagi penerbitan dan bidang lain.

”Pembaruan mesin cetak, menjaga mutu isi atau kualitas isi buku, diferensiasi usaha dengan menyediakan produk peribadatan dan pernak-pernik rohani. Perlu pula terobosan seperti penyewaan ruang pertemuan, penyederhanaan proses kerja, digitalisasi buku cetak dengan format e-book dan membangun jaringan,” papar Azis.

Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan usia satu abad sangat tepat untuk melakukan refleksi, mundur sapecak, melakukan kontemplasi untuk evaluasi. Selain itu belajar dari sejarah atau Historia Magistra Vitae est.

”Satu abad Kanisius, lembaga ini tidak pernah tebang pilih dan konsisten dalam mendukung perjuangan. Pernah mencetak Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) di masa awal kemerdekaan, sampai sekarang mengisi kemerdekaan dengan literasi yang mencerahkan,” tandas Sultan.

Related posts

Leave a Reply