JOGJA, SMJogja.com – Sejak awal mula kemunculan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia di tahun 1968, hingga saat ini masih menjadi salah satu beban kesehatan masyarakat. Karenanya, dalam peringatan ASEAN Dengue Day (ADD) tahun ini, IDAI Yogyakarta, Pusat Kedokteran Tropis FK-KMK UGM, Kagama, WMP Yogyakarta, menggelar talkshow dan webinar bertajuk ”Dengue: Masalah Bersama, Atasi Bersama”.
Project Leader WMP Yogyakarta Prof Adi Utarini mengungkapkan kegiatan tersebut mendapat dukungan dari Yayasan Tahija dan PT Takeda Indonesia. Menurutnya tema webinar sangat relevan mengingat sudah hampir 55 tahun dengue ada dan menjadi masalah kesehatan masyarakat.
”Hampir seluruh kabupaten di Indonesia melaporkan angka kejadian dengue, terutama di wilayah perkotaan. Kesakitan dan kematian akibat dengue masih terus terjadi, dari tahun ke tahun,” tutur Utarini.
Sayangnya, belum ditemukan obat khusus untuk penyakit dengue. Sehingga, pencegahan merupakan cara terbaik. Saat ini terdapat sejumlah inovasi dalam penanggulangan dengue, antara lain teknologi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia dan vaksin dengue.
Ia menjelaskan penelitian Aplikasi Wolbachia dalam Eliminasi Dengue berakhir di Kota Yogyakarta (2017-2020) menunjukkan teknologi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia efektif menurunkan 77 persen kasus DBD. Selain itu menurunkan 86 persen kasus DBD yang dirawat di rumah sakit. Teknologi Wolbachia telah diimplementasikan di Kabupaten Sleman dan Bantul.
Beri Edukasi
Kepala Puskesmas Berbah, dr Hari Pratono MKes menjelaskan pengalaman penitipan ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia di rumah orang tua asuh. Penitipan berlangsung dari Mei hingga akhir tahun 2020 lalu. Selama masa penitipan berlangsung, sempat muncul keluhan dari warga karena adanya pertambahan nyamuk.
Puskesmas Berbah terus melakukan edukasi kepada warga, bahwa pertambahan nyamuk bersifat sementara. Yyamuk yang disebarkan sudah dipastikan aman, tidak menyebarkan virus dengue.
Dokter Sri Wahyu Joko Santoso selaku Kabid P2P Dinas Kesehatan Bantul, menambahkan daerahnya seringkali menempati rangking tertinggi di Provinsi DIY karena kasus DBD. Pihaknya merasa senang saat teknologi Wolbachia bisa diimplementasikan di wilayahnya.
Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan DIY, Setyarini Hestu Lestari SKM MKes menyampaikan kasus DBD di DIY memang tinggi, bahkan pernah masuk ranking 10 besar nasional. Menurutnya, adanya teknologi Wolbachia di Sleman dan Bantul, bisa dilanjutkan di daerah lainnya di luar DIY, tentu dengan supervisi dari Kementerian Kesehatan.