JOGJA, SMJogja – Berbagai penelitian menyatakan masalah stunting di Indonesia memerlukan perhatian khusus terlebih di masa pandemi Covid-19. Salah satu kunci dalam upaya mengatasi stunting yakni kecepatan deteksi dini, yang umumnya ada pada kader Posyandu.
Pemerintah dan berbagai pihak melakukan banyak upaya mengatasi stunting. Namun satu hal yang tak kalah penting, meningkatkan kemampuan Posyandu dalam melakukan deteksi dini stunting. Tim peneliti Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM berusaha melakukan terobosan.
Mereka mengembangkan perangkat bernama GAMA-KiDS. Alat ini merupakan kit yang terdiri atas tikar untuk mengukur panjang badan, cakram ukur status gizi panjang badan menurut usia (PB/U), dan buku petunjuk penggunaan.
”Pengembangan GAMA-KiDS tidak lepas dari isu stunting yang telah menjadi perhatian sejak beberapa tahun belakangan, bahkan pada masa pandemi Covid-19,” ungkap tim peneliti, Siti Helmyati.
Stunting, jelasnya, merupakan kondisi tinggi atau panjang badan anak yang kurang dari dua standar deviasi dari rerata tinggi atau panjang badan kelompok usianya. Stunting dapat berdampak pada penurunan kemampuan kognitif, sistem imun yang lemah, dan perkembangan emosional yang kurang.
Apabila seorang anak stunting tidak segera memperoleh perbaikan status gizi, kelak ia tidak akan menjadi orang yang produktif. Selain itu, mudah sakit, dan menjadi beban baik bagi dirinya sendiri, keluarga, dan negara.
Alat Valid
Upaya deteksi dini stunting, menurutnya, masih menghadapi sejumlah kendala. Belum semua kader Posyandu mampu melakukan deteksi dini stunting. Tidak semua daerah memiliki alat ukur panjang badan yang valid juga sehingga para kader kesulitan mendeteksi secara dini.
”Banyak alat ukur panjang badan hasil karya swadaya masyarakat dan belum teruji validitasnya. Pada masa pandemi, kondisi ini semakin parah karena banyak posyandu tutup untuk mencegah penularan Covid-19. Akhirnya, para kader posyandu harus mendatangi rumah-rumah balita untuk melakukan pengukuran,” papar Siti.
Ia menceritakan, timnya pertama kali mengembangkan GAMA-KiDS pada tahun 2019. Selanjutnya, tim terus melakukan penelitian pada tahun 2020 dan 2021 melalui pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Tim sudah mengujicobakan pada Posyandu di Yogyakarta dan Aceh.
Sebelum sampai kepada kader Posyandu, tim peneliti terlebih dahulu melakukan expert judgement yakni tahapan penelitian dengan melakukan wawancara pada beberapa pakar. Beberapa di antaranya pakar bidang antropometri dan pengembangan media promosi kesehatan.
”Alat kami memiliki karakteristik portable, aman, dan ramah anak. Alatnya terdiri atas tikar panjang badan dengan panjang 100 cm dan ketelitian 0,1 cm serta desain yang menarik bagi anak. Pada desain alat tidak terdapat ujung yang tajam sehingga aman bagi anak. Ada pula cakram ukur status gizi khusus untuk anak usia 0-24 bulan,” jelasnya.
Siti dan kawan-kawan terus mengembangkan peralatan tersebut. Mereka berharap karya pada ilmuwan tersebut dapat membantu Pemerintah mendeteksi dini stunting. Di saat berbagai Posyandu kesulitan memperoleh alat ukur panjang badan yang valid, GAMA-KiDS dapat menjadi salah satu solusi.