Disperindag Sleman Kembangkan e-Retribusi di Semua Pasar

Aplikasi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) untuk pembayaran diterapkan di Food Court Taman Kuliner Condongcatur, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (26/12/2021). / SMJogja.com-Dananjoyo

SLEMAN, SMJogja.com-Visi Kabupaten Sleman adalah terwujudnya Sleman sebagai rumah bersama yang cerdas, sejahtera, berdaya saing, menghargai perbedaan, dan memiliki jiwa gotong royong. Inovasi untuk mewujudkan visi itu diterapkan di hampir semua sektor termasuk perdagangan.

Sejak tahun 2018, Pemkab Sleman telah memberlakukan e-retribusi di pasar tradisional. Dari awalnya hanya 12 pasar, kini sudah berkembang ke 22 pasar. Rencananya, tahun depan program e-retribusi akan menyasar seluruh pasar tradisional yang berjumlah 43 unit.

“E-retribusi ini bagus diterapkan untuk efisiensi dan efektivitas kerja. Sehingga bisa irit waktu dan tenaga bahkan transparan karena retribusi langsung masuk ke kas daerah,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sleman Mae Rusmi Suryaningsih, Selasa (25/1).

Nilai plus lain dari penerapan sistem elektronik ini adalah terjaganya akuntabilitas karena uang yang masuk tercatat di laporan pendapatan, dan dapat menekan tunggakan. Hal itu sesuai dengan fungsinya yakni menekan kebocoran.

Read More

Saat ini baru sekitar 8.600 pedagang yang memanfaatkan e-retribusi. Tahun depan ditargetkan keseluruhan pedagang pasar tradisional yang berjumlah 14.000 orang akan dijadikan target sasaran. Pembayaran retribusi secara online ini dapat dilakukan melalui beberapa fasilitas seperti teller, ATM, BPD mobile banking, GoBills, agen Laku Pandai, dan Link Aja.

“Kami sudah sediakan berbagai fasilitas yang sekiranya mudah diakses oleh pedagang. Selama ini lancar, tidak ada kendala,” ujarnya.

Digitalisasi yang diupayakan Disperindag Sleman tidak hanya menyangkut pembayaran retribusi, namun juga merambah pemasaran produk UMKM. Implementasinya, dinas bekerjasama dengan sejumlah startup seperti Gojek, Grab, Shopee, dan Buka Lapak.

Promosi dan penjualan produk juga difasilitasi melalui grup WhatsApp khususnya di lingkup pelaku pasar.Perkembangannya pun dinilai cukup menggembirakan. Sampai dengan November 2021 tercatat laporan transaksi penjualan online di pasar rakyat hingga nominal Rp 3,8 miliar. Pengenalan digitalisasi juga dilakukan lewat aplikasi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) untuk pembayaran.

Sejauh ini transaksi dengan sistem QRIS sudah berjalan di food court Taman Kuliner Condongcatur, dan Denggung. “Kalau untuk pasar tradisional belum banyak pedagang yang menggunakan QRIS karena memang jarang yang terbiasa bawa ponsel. Yang sudah mengaplikasikan terutama kios pakaian,” jelas Mae.

Penerapan QRIS sendiri mulai dikembangkan sejak awal pandemi Covid-19. Mulanya untuk meminimalisir kontak lewat uang. Dalam perjalanannya, QRIS diharapkan bisa membantu pedagang dalam mengelola uang.

Related posts

Leave a Reply