PENGALAMAN tidak menyenangkan bisa menjadi pemicu seseorang melakukan sesuatu. Inilah yang dialami M Iqbal Firmansyah yang pernah menyimpan kenangan tidak mengenakkan. Satu ketika, ia bersama keluarga berjalan-jalan di pusat perbelanjaan. Di sana ada patung dinosaurus. Adiknya ingin memegang tetapi petugas tidak memperbolehkannya.
Dari sanalah terbersit pikiran untuk membuat sendiri yang tak hanya bisa dipegang tetapi bisa dinaiki. Tekadnya begitu kuat untuk mewujudkan gagasan tersebut. Ia mulai menfari-cari referensi, bertanya ke sana-sini sembari melakukan eksperimen.
”Sejak itulah saya mulai memikirkan untuk membuat replika dinosaurus. Pengalaman adik saya mau pegang tidak boleh sangat membekas. Tadinya kepikiran membuat dinosaurus dalam bentuk lain tapi akhirnya berkembang menjadi,” tandas Iqbal.
Ia semula bermaksud membuat animatronik hanya sebagai konsumsi pribadi. Tidak lain dan tak bukan untuk adiknya. Namun pada perkembangannya, ternyata hasil karyanya viral dan kerap keluar di media massa. Mau tak mau, ia akhirnya menerima pesanan karena ingin supaya semua orang bisa memegang dinosaurus.
Kehabisan Modal
Berbagai riset dan percobaan dilalui demi mendapatkan dinosaurus yang mirip aslinya. Modal awalnya senilai Rp 25 juta dan pernah benar-benar habis dan belum memperoleh hasil maksimal. Ia tak patah asa, uji coba terus dilakukan.
”Dulu beli bahan tidak cocok sampai kehabisan uang, harus pinjam sana-sini,” ucapnya.
Berkali-kali Iqbal melihat film Jurrasic Park dan berpikir bahwa dinosaurus dalam film tersebut tak mungkin jika tidak menggunakan robot. Akhirnya setelah melalui proses panjang, ia berhasil membuat karya pertamanya yaitu dino dokar, kombinasi gerobak dengan dinosaurus.
”Waktu itu dino dokar, dinosaurusnya jenis tirex. Saya buat kecil, tinggi 140 cm panjang 3 meter. Dalamnya memakai dinamo stater yang suaranya masih kasar sekali,” kenang anak sulung dari dua bersaudara tersebut.
Dinosaurus menjadi pilihannya karena ingin mengenalkan berbagai jenis hewan purba kepada anak-anak. Hasil karyanya dihargai dari belasan hingga puluhan juta rupiah. Beberapa orang membantunya selama proses pembuatan di Jagad Art Studio, kawasan Tamanan, Bantul.