Flipped Learning: Membangun Kemandirian Pemelajar Bahasa Inggris Paska Pandemi

Flipped Learning
Flipped Learning

TAHUN 2016, penulis menghadiri konferensi internasional dimana terdapat salah satu penyaji makalah yang memperkenalkan tentang model pembelajaran yang secara empiris terbukti dapat membantu siswa non-penutur asli Bahasa Inggris untuk belajar Bahasa Inggris.

Model pembelajaran tersebut dikenal dengan Flipped learning. Dengan adanya pandemi COVID-19, penulis meyakini model pembelajaran ini dapat menjadi peluang paska pendemi. Lalu, mungkin muncul pertanyaan, jika model pembelajaran tersebut sudah ada sejak beberapa tahun sebelum pandemi COVID-19 yang terjadi di tahun 2020, mengapa penulis meyakini hal tersebut menjadi peluang paska pandemi? Untuk memahami hal ini, perlu kita ingat kembali bahwa COVID-19 di tahun 2020 secara tidak langsung menyebabkan pergeseran dalam moda pembelajaran.

Penulis : Ika Wahyuni Lestari

Jika sebelumnya pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka, semenjak pandemi tersebut, pembelajaran dilakukan dengan sistem belajar dari rumah (BDR) sesuai dengan arahan pemerintah dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Kondisi tersebut secara tidak langsung meningkatkan kemampuan pemanfaatan teknologi baik pada guru maupun siswa.

Paling tidak, semenjak penerapan BDR tersebut, guru dan siswa dapat memanfaatkan teknologi seperti sistem manajemen pembelajaran, media sosial, dan platform lainnya, agar dapat tetap melaksanakan pembelajaran.

Read More

Lalu, apa kaitannya peningkatan pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan dengan penerapan model pembelajaran flipped learning? Kembali ke pengalaman penulis yang mengikuti pemaparan tentang flipped learning saat di konferensi. Penulis begitu tertarik untuk menerapkan model pembelajaran tersebut. Namun, muncul keraguan apakah akan berhasil mengingat penerapan model pembelajaran ini akan sangat lekat dengan pemanfaatan teknologi.

Untuk saat ini, keraguan semacam ini mungkin sudah tidak relevan lagi mengingat pembelajaran selama pandemi lekat dengan pemanfaatan teknologi. Itulah mengapa penulis berpendapat bahwa ada peluang yang dapat kita ambil dari adanya pandemi ini. Paling tidak, saat ini para guru dan siswa sudah tidak gagap teknologi terutama dalam penggunaan media atau aplikasi yang dapat mendukung pembelajaran.

Dengan bekal inilah, penulis meyakini bahwa flipped learning dapat menjadi alternatif model pembelajaran Bahasa Inggris yang layak diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia secara masif, baik untuk mahasiswa maupun siswa di sekolah menengah.

Apa itu model pembelajaran flipped learning? Kata flipped dapat diterjemahkan sebagai terbalik. Jadi, flipped learning dapat diartikan sebagai pembelajaran terbalik. Chen dan Chuang (2016) menjelaskan bahwa model pembelajaran ini disebut terbalik karena merupakan kebalikan dari model pembelajaran traditional dimana siswa akan memperoleh pengetahuan baru di dalam kelas melalui pembelajaran dengan guru. Hal ini berbeda dengan flipped learning yang justru menyarankan para siswa untuk mempelajari sesuatu yang baru sebelum adanya pembelajaran klasikal.

Berdasarkan model pembelajaran flipped learning, sebelum pembelajaran klasikal, siswa harus mempelajari materi sebelumnya dengan sumber pembelajaran yang dapat mereka temukan sendiri ataupun yang disiapkan oleh guru. Salah satu karakteristik dari flipped learning adalah pemaparan dari guru yang disampaikan ke siswa dalam bentuk video rekaman penjelasan.

Hal ini seperti penjelasan guru di dalam kelas, akan tetapi penyampaiannya diberikan lebih dahulu agar siswa dapat mempelajarinya. Dengan metode ini, siswa akan lebih siap dalam menerima pembelajaran karena mereka telah memiliki pengetahuan dasar dari materi yang akan mereka pelajari.

Bagaimana implementasi flipped learning dalam pembelajaran Bahasa Inggris? Secara umum, flipped learning bisa dibagi menjadi dua tahap yaitu aktivitas sebelum kelas dan aktivitas di kelas. Untuk aktivitas sebelum kelas, guru dapat memberikan sumber ilmu yang dapat diakses siswa secara mandiri, contohnya buku-buku Bahasa Inggris digital, video pembelajaran Bahasa Inggris baik yang dibuat oleh guru maupun video pembelajaran dari penutur asli Bahasa Inggris yang saat ini dapat dengan mudah diakses melalui platform berbagi video seperti YouTube.

Ini akan membantu siswa untuk mendapat paparan ungkapan-ungkapan yang digunakan oleh penutur asli sehingga nantinya mereka dapat menerapkannya ketika mereka menggunakan Bahasa Inggris. Pada saat pertemuan di kelas, dengan kesiapan materi yang dimiliki siswa dari aktivitas sebelumnya, guru dapat menciptakan pembelajaran yang lebih interaktif melalui diskusi, presentasi, simulasi, ataupun unjuk kerja.

Di sesi ini, guru dapat memaksimalkan penggunaan Bahasa Inggris siswa sehingga pembelajaran Bahasa Inggris tidak lagi hanya terbatas pada tataran teoritis, akan tetapi juga praktis.
Penerapan model pembelajaran sebagaimana dicontohkan di atas dapat meningkatkan kemandirian siswa. Dengan penerapan flipped learning, siswa dapat lebih bertanggungjawab untuk mengatur pembelajaran mereka.

Mereka tidak bisa lagi hanya mengandalkan pemaparan dari guru saat pertemuan di kelas. Peran guru lebih kepada memonitor apakah pemahaman siswa sudah sesuai atau belum. Oleh karena itu, para siswa harus mau mempersiapkan diri mereka sebelum pertemuan di kelas, misalnya dengan membaca sumber bacaan terkait, menonton video baik video yang disiapkan oleh guru maupun video pembelajaran yang ada, dan sumber keilmuan lain yang dapat mereka manfaatkan untuk menambah ilmu dan wawasan mereka.

Secara tidak langsung, hal ini dapat membantu para siswa untuk dapat mengatur pembelajaran mereka sendiri. Penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa flipped learning dapat memotivasi siswa dalam belajar, meningkatkan kemampuan belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis (Chen & Chuang, 2016; Asiksoy & Ozdamli, 2016; Flores et al, 2016).

Bagaimana peran guru dalam flipped learning? Guru tetaplah memiliki peranan penting dalam penerapan model pembelajaran ini. Pertama, guru harus mampu membangun kesadaran siswa untuk mampu mengatur pembelajaran mereka secara mandiri. Hal ini penting mengingat dalam flipped learning siswa harus bisa menyiapkan diri mereka dengan belajar secara mandiri sebelum pembelajaran klasikal.

Untuk membantu siswa, guru juga harus membekali siswa dengan cara belajar mandiri yang dapat mereka terapkan di rumah masing-masing, misalnya bagaimana mengatur waktu belajar walaupun tanpa pengawasan orangtua atau guru, bagaimana mengakses sumber belajar, atau apa strategi yang dapat mereka terapkan untuk membantu mereka belajar secara mandiri.

Selain itu, guru juga tetap harus menyediakan sumber pembelajaran yang mencukupi untuk siswa, misalnya dengan memberikan video penjelasan materi, buku-buku digital, ataupun tautan sumber yang dapat mereka pelajari.

Memastikan siswa memiliki fasilitas yang dapat mendukung pembelajaran mereka dengan model flipped learning juga harus dilakukan oleh guru, misalnya apakah siswa memiliki gawai, computer, atau apakah mereka bisa mengakses fasilitas tersebut jika mereka tidak memilikinya.

Dengan begitu, guru dapat menyiapkan alternatif jika siswa memiliki kendala dalam hal ketersediaan fasilitas pendukung belajar. Terakhir, walaupun siswa belajar secara mandiri, guru tetap perlu memonitor dan mengevaluasi pembelajaran siswa. Hal ini dapat dilakukan pada saat pembelajaran klasikal ataupun setelahnya.

Semoga flipped learning dapat diterapkan secara luas agar siswa dapat belajar lebih mandiri dan mampu mengatur pembelajarannya masing-masing serta meningkatkan kualitas pembelajaran dengan adanya kesiapan siswa dalam belajar.

Penulis : Ika Wahyuni Lestari
Proofreader : Tri Wahyono, M.Pd.

Penulis merupakan dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang saat ini sedang menempuh pendidikan doktoral di Program Studi Ilmu Pendidikan Bahasa Universitas Negeri Semarang.

Related posts

Leave a Reply