WONOSOBO, SMJogja.com – Siswa kelas X SMA Takhassus Al Quran Kalibeber memamerkan 24 karya vlog bertema kearifan lokal. Kegiatan ini merupakan penerapan dari kurikulum merdeka Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Kearifan lokal dipilih karena merupakan keunikan di suatu daerah yang tak dimiliki tempat lain.
Pagi itu cuaca sangat cerah, terlihat di halaman sekolah SMA Takhassus Kalibeber para siswa kelas X, sudah bersiap untuk mengikuti pembukaan Gelar Karya P5 Kearifan Lokal, Sabtu (1/10). Sebagian lagi tengah mempersiapkan ruang kelas mereka, yang disulap menjadi bioskop mini.
Kepala Sekolah SMA Takhassus Al Quran Kalibeber Fatma Ainie menjelaskan, ada 24 vlog yang dibuat oleh siswa dari 12 kelas. Para siswa kemudian mempresentasikan masing-masing karya, dan saling bergiliran mengunjungi kelas lain, guna melihat vlog dari sesama rekannya.
“Masing-masing vlog berdurasi maksimal 10 menit. Ada yang mengangkat soal ziarah kubur karena kami di lingkungan pesantren, sabuk gunung, wisata tubing, makanan opak, mie ongklok, Telaga Menjer, teh tambi, fotokopi dan koperasi di pondok, serta masih banyak lagi,” jelas Fatma yang ditemui di sela-sela acara.
Dikatakan Fatma kegiatan ini merupakan penerapan dari kurikulum merdeka Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Di dalam Gelar Karya P5 terdapat enam aspek yang diharapkan tertanam pada karakter anak, seperti beriman kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, mandiri, gotong royong, kreatif dan bernalar kritis.
“Untuk proyek yang pertama ini kami memilih tema kearifan lokal. Bagaimana anak-anak bisa memanfaatkan media untuk mengangkat keadaan di sekitarnya. Pemilihan tema ini diharapkan bisa menguatkan karakter siswa dan kearifan lokal itu kan keunikan di suatu daerah yang tak dimiliki tempat atau bangsa lain,” papar perempuan yang karib disapa Fani ini.
Dia menambahkan, kurikulum merdeka menuntut anak agar bisa lebih kreatif, mandiri dan menyesuaikan kondisi saat ini. Maka dari itu, membuat vlog ini juga dipilih dengan harapan bisa memicu kreativitas serta nantinya bisa dijadikan ladang pendapatan.
“Meskipun kami berbasis pondok pesantren, namun tetap harus mengikuti perkembangan zaman. Kami ingin melihat yang dibuat anak-anak bisa menarik perhatian publik atau tidak. Di samping itu kita ketahui sekarang viewer dan subscriber menjadi salah satu yang penting, untuk meingkatkan segi ekonomi,” imbuh Fani.
Untuk perangkatnya, lanjut Fani, pihak sekolah lah yang menyediakan. Dimulai dari gadget, hp, dan juga proses editing. Para siswa boleh menggunakan HP setiap hari Sabtu selama proses pembuatan vog.
“Kendala kami memang di sini siswa tidak boleh memakai HP, tapi jangan sampai juga membatasi kondisi anak apalagi di era digitalisasi. Solusinya kami fasilitasi dan usai pembuatan video langsung dikumpulkan lagi ke bagian kesiswaan,” jelas Fani.
Dia berharap kegiatan ini menjadi bekal bagi para siswa untuk masa depan. “Semoga ini bisa menjadi pengalaman belajar yang akan bermanfaat bagi pengembangan diri sesuai minat bakat masing-masing,” kata Fani.
Sementara itu, salah satu siswa Rizky Angfauzy, menjelaskan dia bersama 17 temannya membuat vlog soal Tubing Kali Tandu di Kumenjing, Mojotengah. Vlog tersebut menceritakan pengalaman mereka menguji adrenalin dengan tubing.
“Ini vlog pertama kami, proses produksi selama tiga hari. Kendala hanya ada pada penyimpanan memori yang penuh karena kami memakai HP dari sekolah. Tapi sejauh ini kami senang bisa mendapat pengalaman seperti ini,” kata siswa kelas X-J ini.