YOGYAKARTA, SMJogja.com – Perubahan sistem pendidikan bisa dimulai dari kalangan guru sendiri. Semangat perubahan itu kemudian ditularkan kepada siswa yang pada akhirnya membentuk karakter positif mereka.
Konsep inilah yang diusung dalam sebuah program inovatif pembelajaran dinamai Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). Dimulai dari Sleman, gerakan itu kini menyebar ke berbagai penjuru nusantara.
Dalam rangka merefleksikan perjalanan perubahan yang ditempuh para pegiat GSM, Kamis (2/2) kemarin diadakan Festival Sekolah Menyenangkan (FSM). Bertempat di Taman Budaya Yogyakarta, acara tersebut diikuti sekitar 800 peserta dari stakeholder pendidikan dan para murid. Peserta ini berasal dari 15 daerah seperti Medan, dan Papua.
“Acara ini bertujuan agar publik menyadari pentingnya melakukan perubahan pendidikan yang lebih memanusiakan, serta menguatkan kesadaran untuk mengantisipasi perubahan dunia masa depan,” kata pendiri GSM, Nur Rizal disela acara.
Ini adalah kali kedua festival diselenggarakan. Acara diisi paparan dari perwakilan 11 komunitas daerah, guru, kepala sekolah, dan kepala dinas. Ada pula penampilan dari tim orkestra dan paduan suara siswa.
Selain FSM, tahun ini juga dilaksanakan simposium yang berlangsung dari tanggal 1-4 Februari 2023. Jika acara festival lebih menyasar khalayak publik, simposium ditujukan internal pegiat komunitas.
Pada kesempatan itu, Kepala Dinas Pendidikan Supiori Papua, Rafles Ngilamele mengisahkan pengalamannya berkenalan dengan GSM. Mulanya, dia merasakan atmosfer yang berbeda di sebuah sekolah. Ternyata, suasana pembelajaran baru itu merupakan implementasi dari GSM oleh guru sekolah bersangkutan. Berawal dari rasa ketertarikan, Rafles kemudian bergabung dengan gerakan tersebut.
“Konsep GSM bisa menumbuhkan perubahan dalam diri siswa. Selama ini mereka selalu dijejali dengan angka-angka sehingga rentan menimbulkan stres,” ucapnya.
Dia memandang, konsep GSM tepat diterapkan dalam sistem pendidikan. Kendati kerap digaungkan reformasi pendidikan, namun menurut dia, sejauh ini yang berubah hanya pola administrasi.
Di lain sisi, pemerintah juga dimudahkan dengan adanya GSM. Guru-guru yang terlibat dalam komunitas, aktif bergerak atas inisiatif mereka sendiri sedangkan dinas mendukung melalui anggaran.