Hati-Hati, Limbah Masker Sekali Pakai Mengandung Materi Berbahaya !

Persiapan pemusnahan limbah masker sekali pakai / Agung PW

JOGJA, SMJogja.com – Pandemi Covid-19 belum akan berakhir, bahkan muncul varian-varian baru. Dampaknya, sampah masker sekali pakai menurut penelitian mencapai 129 miliar selama pandemi Covid-19. Dalam hitungan menit, ada 2,8 juta limbah masker sekali pakai yang terbuang begitu saja. Padahal masker bekas sekali pakai mengandung bahan plastik yang susah terurai. Bahan tersebut baru dapat terurai dalam hitungan puluhan tahun.

Limbah ini menjadi persoalan serius tidak hanya sekarang tapi juga bagi generasi mendatang. Sayang, hanya segelintir orang yang menyadari bahaya limbah masker bekas sekali pakai. Dan di DIY, satu-satunya yang bersedia mengelola, Drop Box Used Mask (Dumask) Indonesia yang bermarkas di Rumah Inovasi Daur Ulang Pusat Inovasi Agroteknologi (Rindu Piat) UGM.

”Memang tidak banyak yang bersedia mengelola sampah masker sekali pakai. Padahal ini mengandung plastik, logam yang susah terurai. Kami berusaha melakukan pengelolaan sekaligus memberi edukasi ke semua pihak pentingnya mengelola limbah masker,” tutur Ilham Zulfa Pradipta ST MEng dari Dumask.

Dumask merupakan penelitian kolaboratif dan memperoleh dana dari program PPKI 2021 – 2023, melibatkan peneliti dari sejumlah kampus yakni UGM, ITB, UNS dan Unair yang juga mendapat dukungan para peneliti dari UAD, Politeknik ATK, UJB, dan UP45. Tujuannya khusus menyediakan jalur pembuangan masker dan sarung tangan bekas dari masyarakat umum.

Read More

Ia menyediakan drop box atau tempat pembuangan masker bekas sekali pakai di 19 titik di Yogyakarta dan Surakarta. Meskipun hanya di tempat tertentu, tapi banyak juga kiriman masker bekas dari kota-kota lain seperti Jakarta, Tangerang, Surabaya dan banyak lagi. Mereka mengirim secara mandiri supaya masker bekasnya dapat dikelola di Dumask.

”Setiap hari kami menerima kiriman limbah masker, terus terang kami kewalahan karena begitu banyak kiriman. Kemungkinan di kota-kota lain belum ada pengelolaan sampah masker bekas sekali pakai,” ujar Ilham yang studinya juga fokus ke persoalan pengelolaan limbah.

Model Pemusnahan

Petugas Dumask akan menimbang kemudian menjadwalkan masker bekas untuk pemusnahan. Ada dua model pemusnahan yakni menggunakan pirolisis dan incenerator. Masker yang berada di dalam boks langsung masuk ke ruang pemusnahan.

Proses pemusnahan menggunakan kedua alat tersebut masih menyisakan residu. Residu tersebut bisa menjadi salah satu bahan pembuatan batako. Pada proses pirolisis, masker masuk ke ruang pembakaran bersuhu sekitar 400-500 derajat Celcius. Pembakaran menghasilkan residu berupa minyak dan arang. Minyak digunakan sebagai bahan bakar proses pembakaran, jadi tak perlu bahan bakar lain.

Lain halnya pada proses pembakaran menggunakan incenerator. Limbah masker masuk ke dalam ruang pembakaran dengan suhu sekitar 1.000 derajat Celcius. Di sini hanya menghasilkan residu arang dan abu, tidak ada yang berubah menjadi minyak.

”Dari kedua proses, masih menyisakan sampah yakni kawat yang tidak dapat musnah. Kawat masker tak bisa musnah di suhu 500 maupun 1.000 derajat Celcius. Karena itu kami minta pengirim masker bekas melepas kawat sebelum dibawah ke sini,” tandas Ilham.

Pengolahan sampah masker sekali pakai di Dumask hanya sebagian kecil dari yang terbuang di lingkungan. Tidak banyak yang mau mengelola masker bekas sekali pakai. Perlu kolaborasi berbagai pihak pentingnya mengelola sampah masker.

Related posts

Leave a Reply