YOGYAKARTA, SMJogja.com – Sampah plastik menimbulkan persoalan di seluruh muka bumi. Berbagai upaya dilakukan untuk mengelolanya. Karakteristik plastik yang ringan, mudah dibentuk dan diproses menjadikan penggunaan plastik terus meningkat. Sayangnya peningkatan tersebut tidak dibarengi dengan upaya pengolahan sampahnya.
Sampah plastik yang ada belum sepenuhnya dimanfaatkan sehingga semakin menggunung dan overload di tempat-tempat pembuangan sampah. Saat ini berbagai produk hasil daur ulang sampah plastik semakin banyak dan bervariasi, mulai dari kerajinan tangan, paving block, bahkan ada yang mengolahnya dengan cara pirolisis menjadi bahan bakar.
Berbagai inovasi tersebut dilakukan untuk memperbanyak kemungkinan sampah plastik untuk bisa digunakan kembali atau digunakan menjadi bahan baku (material) benda-benda yang memiliki daya guna.
Nah, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang tergabung dalam Psychoplast Research Team UNY menggagas pengolahan plastik bekas dengan cara yang berbeda, yaitu dibuat cop busi minim resistansi. Mereka, Bima Agung Setyawan (Prodi Pendidikan Teknik Mesin), Aji Nur Wijaksono (Prodi Pendidikan Fisika), Fannisya Aulya Iskandar (Prodi Pendidikan Bahasa Inggris) dan Afkari Zulaiha Rahmadiani (Prodi Pendidikan Geografi).
”Cop busi merupakan komponen mesin kendaraan bermotor berbahan dasar plastik atau karet yang berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari ignition coil (koil) ke spark plug (busi) pada mesin pembakaran dalam (internal combustion engine). Komponen ini merupakan komponen yang bersifat detachable, yakni dapat dipasang atau dilepas,” papar Bima.
Paling Tinggi
Ia dan teman-temannya memilih sampah plastik jenis HDPE (High Density Polyethylene) karena memiliki temperatur leleh yang paling tinggi di antara jenis plastik lain. Plastik jenis ini masih jarang didaur ulang.
Aji Nur menambahkan pada mesin kendaraan bermotor bakar diperlukan sistem pengapian yang berfungsi memberikan arus listrik sebesar 2.500 volt sebagai penyuplai percikan api ke dalam ruang bakar untuk proses pembakaran campuran bahan bakar dan udara. Koil pengapian merupakan alat untuk mempertinggi tegangan listrik dari 12 volt pada baterai menjadi 15.000 sampai 25.000 volt, kemudian dialirkan ke elektroda busi melalui kabel dan sebuah konektor cop busi untuk membakar campuran bahan bakar dan udara pada akhir langkah kompresi.
”Sehingga plastik yang digunakan untuk cop busi harus kuat menahan tegangan sebesar itu, kalau tidak kuat bisa kalah dan kurang maksimal,” imbuh Aji Nur.
Cop busi yang mereka buat diberi nama SPICoPlast yakni Minimum Resistance Spark Plug Ignition Connector from Plastic Waste dan telah diuji performanya menggunakan Dyno Test di bengkel Mototech Yogyakarta dengan kendaraan Honda Beat FI 2015. Karya mereka berhasil meraih juara 1 LKTIN UNYSEF2020 tingkat nasional dan meraih Gold Award dalam kategori Green Technology dalam World Invention and Technology Expo (WINTEX) 2021 yang diselenggarakan oleh Indonesian Invention and Innovation Promotion Association.(Agung PW)