JOGJA, SMJogja.com – Heboh, sebagian warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur, beberapa waktu lalu kaya mendadak. Mereka menjadi miliarder usai mendapat ganti untung penjualan tanah dan lahan untuk proyek pembangunan kilang minyak PT Pertamina.
Mereka memborong mobil dan membeli kebutuhan mewah lainnya. Satu tahun berlalu, beberapa orang jatuh miskin karena tidak ada lagi sumber penghasilan. Sangat memprihatinkan!
Pakar Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Fisipol UGM, Dr Hempri Suyatna menilai fenomena orang kaya baru menjadi jatuh miskin menunjukkan culture shock atau gegar budaya. Mereka tidak bisa mengelola uang secara benar sehingga uang ludes dalam sekejap.
”Masyarakat tidak siap menghadapi proses perubahan yang terjadi dan sayangnya tidak ada pendampingan dari pemerintah atau pihak lain. Budaya konsumtif dan instan mengakibatkan masyarakat tidak berpikir jauh ke depan,” ungkap Hempri.
Pengelolaan Keuangan
Fenomena miliarder jatuh miskin menjadi pelajaran berharga. Dearah lain yang warganya mendapat ganti rugi lahan perlu memperoleh pendampingan. Selama ini, persoalan selesai ketika masyarakat sudah menerima uang sebagai kompensasi lahan.
”Tidak ada arahan dari pemerintah mengenai pengelolaan dana. Akibatnya banyak yang menggunakan untuk kepentingan konsumtif membeli mobil, rumah dan sebagainya. Kalaupun membuka usaha seringkali sama, warung kelontong,” ujar Hempri.
Ia menyarankan, mengantisipasi terulangnya kasus tersebut, sebaiknya pemerintah atau perusahaan membantu masyarakat. Mereka bisa mengikuti kursus keterampilan mendirikan UMKM, pelatihan manajemen mengelola uang secara benar atau membeli tanah di tempat lain.
Menurutnya kasus pembebasan lahan berdampak jangka panjang. Ia minta jangan sampai proyek-proyek pembangunan justru memarginalisasi masyarakat. Ia mencontohkan munculnya masyarakat miskin dan pengangguran.