Kartika Affandi dan Kerinduan pada Ayah

Kartika Affandi tetap semangat berkarya di usia senja / Pelangi Karismakristi

SEBAGAI anak dari seorang maestro, Kartika Affandi lekat dengan potret ayahnya, Affandi. Namun ia punya cara sendiri untuk lepas dari bayang-bayang ayahnya. Kartika masih ingat betul ketika mengadakan pameran pertama kali pada 1957, ada seorang penulis yang meragukan bakatnya.

”Ia (orang tersebut) bilang Kartika lebih baik dikasih mobil Impalanya Affandi, tapi bukan bakatnya. Oh, berarti saya belum waktunya pameran. Papi sudah bilang kalau belum punya 100 luksian, tidak boleh ikut pameran. Papi Affandi itu ketat, ia bilang kalau keluar publik sudah harus matang. Dari situ saya terpacu untuk lebih sering menggambar,” ucap Kartika yang hobi menanam dan berkebun.

Suatu ketika, Kartika pergi ke sebuah pameran lukisan Traditional Japanese and Chinese Painting. Ia melihat ada sisi teknik lain yang dinilainya berbeda, penuh emosi dan mencekam.

”Saya tidak mau jadi Affandi kedua. Papi juga bilang, aku bukan guru jadi kamu harus cari sendiri. Jadilah saya dibekali uang dan berangkat keluar negeri,” tandas nenek 16 buyut ini.

Read More

Sepanjang berkelana mencari jati diri dalam melukis, Kartika hanya membawa cat warna hitam putih milik sang ayah. Saat kembali ke Indonesia, ia memberanikan diri menggelar pameran di Jakarta.

”Ada yang berkata Kartika sudah ada pembaruan, tapi dia membuat sketsa di atas kanvas. Affandi bilang, kamu sudah menemukan dirimu. Namun sampai Papi meninggal, tidak pernah berkata, lukisanmu sudah bagus,” tutur Kartika.

Rindu Ayah

Kartika menceritakan banyak momen yang dirindukan bersama Affandi dan ibunya, Maryati. Ia sangat dekat dengan mereka. Kerindungan pada kedua orang tuanya selalu terbayang. Mereka, orang baik yang selalu membimbingnya.

”Saya selalu rindu dengan nasihat papi, salah satunya yang pernah diucapkan, kamu boleh bohong tapi tidak merugikan orang lain. Bersyukur jadi anak Affandi dan ibu yang luar biasa. Ada beratnya pula dan sering berpikir kalau perilaku saya buruk, nanti nama Affandi kebawa,” ujarnya tersenyum.

Kini Kartika sudah menghasilkan 1.500an lukisan. Ada lukisan yang masih menggunakan warna hitam putih, ada pula yang bercat warna-warni.

”Dulu belum mampu beli cat sendiri jadi pakai punya papi. Aku dengan anak sembilan tidak mampu beli cat. Setelah bisa cari uang sendiri baru bisa beli cat sesuka hati. Warna itu memberikan satu mata hati kita. Saya ingin terus berkarya hingga tak mampu lagi, saya salah tingkah kalau tidak bikin karya,” tandasnya sambil tertawa lepas.

Related posts

Leave a Reply