Kartika Affandi dan Kursi Roda

Kartika Affandi tetap berkarya dan selalu semangat / Pelangi Karismakristi

USIA lanjut tak membuat semangat Kartika Affandi (88) surut dalam berkarya. Dia punya cara sendiri untuk lepas dari bayang-bayang Affandi. Terlalu banyak kenangan indah yang dilaluinya bersama sang ayah.

Penulis berkesempatan bertemu dengan putri semata wayang pelukis Affandi tersebut dengan istri pertamanya Maryati. Kartika mengenakan pakaian berwarna merah muda, beserta aksesoris anting warna senada. Ia duduk di kursi roda sambil mematung. Kursi roda menjadi teman sehari-harinya. Ke manapun ia bergerak, bahkan saat berkarya, ia selalu di atasnya.

Mami, begitu dia kerap disapa. Lantas kami berkenalan. Singkatnya dia meminta penulis untuk berkeliling Museum Affandi yang terdiri dari tiga area. Ia ingin penulis mengenali terlebih dahulu kondisi museum dengan lukisan-lukisan yang luar biasa. Usai mengelilingi museum, pemulis kembali menemui Kartika.

Obrolan dengan perempuan yang memiliki sembilan anak itu dimulai dengan aktivitas kesehariannya. Ia menjawab hari-harinya dihabiskan dengan melukis dan mematung. Sembari mematung, Kartika pun mulai bercerita banyak mengenai masa lalu bersama orang tuanya.

Read More

Diajak Melukis

Kartika kecil sering diajak ayahnya melukis di alam terbuka, Affandi pun tak pernah memaksanya untuk belajar hal yang sama. Saat ayahnya melukis, hanya bermain di sekitaran tempat melukis, atau bermain lempung alias tanah liat.

Perempuan kelahiran 27 November 1934 ini mengaku sangat dekat dengan ayahnya, bahkan seperti sahabat sendiri. Tak jarang mereka saling berdebat, salah satu hal yang Kartika ingat ialah ketika Affandi menyuruh dia membuat patung di museumnya.

”Saya bilang, papi curang ini kan Museum Affandi, kok saya yang disuruh bikin patung. Lalu papi ngambek, dan pergi ke rumah adik saya sampai tiga bulan. Dua istri papi juga sampai marah pada saya, karena membuat papi pergi dalam waktu lama,” tutur Kartika sembari tertawa mengenang peristiwa puluhan tahun silam.

Tak sedikit kenangan yang terukir indah bersama Affandi dan Maryati. Salah satu yang paling membuat terngiang ketika melakukan sebuah perjalanan dengan bus, yang mana bagian atas bus ditembaki oleh tentara Jepang.

”Papi Affandi membawa dua gulungan gambar, satu gulungan harus dilepas karena untuk memeluk saya dan Mami Maryati. Waktu itu di atas Sungai Brantas. Umur saya masih sangat muda, papi bilang ini pisau belati kalau kamu sampai diperkosa siapapun, bunuh,” ungkap perempuan yang memiliki sembilan anak tersebut.

Related posts

Leave a Reply