YOGYAKARTA, SMJogja.com – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Yogyakarta sepanjang tahun ini turun drastis. Hingga November tercatat 74 kasus DBD dengan satu pasien meninggal dunia.
Jumlah ini turun signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu dimana angkanya mencapai 296 kasus. Meski trennya menurun, masyarakat diimbau untuk tetap waspada.
“Kasus DBD memang turun tapi harus waspada. Tetap rutin bersihkan lingkungan terutama jika ada genangan air yang berpotensi jadi sarang nyamuk,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Emma Rahmi Aryani kepada wartawan, Rabu (1/12).
Menurut dia, penurunan kasus DBD tahun ini salah satunya dipengaruhi faktor kesadaran masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan sehat. Di masa pandemi Covid-19 ini, kesadaran tersebut kian meningkat lewat penerapan protokol kesehatan 5M.
“Masyarakat sekarang rajin mencuci tangan. Ini turut berdampak positif terhadap penularan penyakit yang kuncinya dari kebiasaan hidup bersih, seperti diare dan DBD,” terangnya.
Selain itu, program nyamuk ber-Wolbachia juga menyumbang andil dalam penurunan kasus DBD di Kota Pelajar. Penerapan teknologi ini sudah dimulai sejak tahun 2017. Hasilnya diklaim mampu menurunkan kejadian demam berdarah di Yogyakarta hingga 77 persen.
“Program bakteri Wolbachia dimasukkan ke dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti cukup berhasil menekan kasus DBD. Selain efektif juga aman,” imbuhnya.
Terpisah, team leader World Mosquito Program (WMP), Riris Andono Ahmad mengingatkan warga agar tidak melupakan metode pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M plus. “Meski sudah ada teknologi Wolbachia, program 3M plus jangan diabaikan,” katanya.
Cara 3M plus itu yaitu menguras dan menutup tempat penampungan air, serta memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Plusnya adalah menebarkan bubuk larvasida pada tampungan air yang sulit dibersihkan.
(Amelia Hapsari)