Kembalikan Spirit Taman Siswa di Yogyakarta

Pendiri GSM, Muhammad N Rizal / Amelia Hapsari

YOGYAKARTA, SMJogja.com – Yogyakarta menyandang predikat sebagai kota pelajar tidak lepas dari sejarah berdirinya organisasi Taman Siswa oleh Ki Hajar Dewantara. Pendidikan di Yogyakarta memiliki indikator penilaian 3P yaitu pelayanan, penampilan, dan prestasi. Namum indikator itu tidak imbang dengan realitas yang terjadi.


Beragam problem seperti demotivasi belajar siswa, kasus perundungan, dan tidak adanya ruang untuk mengeksplor lebih jauh keunikan siswa memunculkan pertanyaan apakah spirit Taman Siswa bisa dihidupkan kembali. Semangat itu dapat dibangun kembali melalui Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) dengan ideologi kemanusiaannya.


“Spirit Taman Siswa bisa berdiri kalau semua SD di Yogya mau mengubah kultur pendidikan menjadi lebih menyenangkan dan memanusiakan,” terang pendiri GSM, Muhammad N Rizal, Rabu (24/8).


Selain itu dibutuhkan birokrasi yang lebih terbuka dan adaptif untuk konsep pendidikan masa depan. Menurut Rizal, sekolah perlu mendapatkan kesempatan yang sama. Di dalam komunitas GSM sendiri ada tiga hal yang dibangun. Pertama adalah ruang kemandirian bagi guru dan kepala sekolah untuk membuat kurikulum, dan perencanaan pembelajaran yang disesuaikan kebutuhan siswa.

Read More


Kedua terkait peningkatan kapasitas guru dan penekanan ketiga menyangkut aktivitas bertukar praktik mengajar. “GSM memiliki ideologi Sekolah 0.4 untuk membangunkan spirit sekolah dengan kembali mendidik manusia agar siswa menemukan versi terbaiknya,” tutur Rizal.


Beberapa penanda Sekolah 0.4 ini antara lain antusiasme belajar secara aktif, adanya dialog antara siswa dan guru, terbentuknya nalar kritis, dan tanggap terhadap perubahan global. Untuk itu, Sekolah 0.4 menyasar sekolah yang ada di pinggiran sebagai bentuk pemihakan tehadap kaum marginal.


“GSM akan terus menyambut hal-hal inisiatif sehingga kurikulum apa pun dapat diimplementasikan dengan baik. Salah satu upayanya melalui workshop pelatihan mindset,” ujarnya.


Penggiat komunitas GSM sekaligus mantan koordinator pengawas Kota Yogyakarta Sarmidi menilai pola pendekatan GSM tepat dan bagus. “GSM mendidik berdasarkan keanekaragaman anak-anak dan penanaman budi pekerti,” tutupnya.

Related posts

Leave a Reply