JOGJA, SMJogja.com – Universitas Amikom Yogyakarta terus menorehkan prestasi di kancah internasional. Kali ini melalui MSV Studio, salah satu filmnya mendapat perhatian khusus dari media Amerika Serikat (AS), Variety.com. Film animasi tiga dimensi yang sedang dalam proses produksi dan mendapat perhatian tersebut, ”Ajisaka: The King and the Flower of Life”.
Rektor Universitas Amikom, Prof Dr Suyanto MM menuturkan media Variety.com sebagai salah satu media hiburan terbesar di AS membuat tulisan dalam tajuk. Penulis, Patrick Frater mengapresiasi pembuatan film animasi karya MSV Studio yang bersaing di kancah dunia.
Film itu menceritakan tentang kisah fiksi dari zaman kuno saat dunia dihuni oleh tiga ras yakni manusia, Raksha (raksasa), dan Vidya (setengah manusia, setengah malaikat). Raksha memegang kekuasaan atas populasi manusia yang diperbudak.
Raja Raksha berharap mencegah pemenuhan ramalan kuno yang meramalkan kebangkitan seorang pemimpin manusia biasa yang akan mengakhiri pemerintahannya dan menyatukan dunia dalam damai. Tetapi pemimpin itu, Ajisaka, telah muncul dan akan berusaha untuk mengakhiri pemerintahan brutal raja dengan bantuan seorang Vidyan.
Patrick menulis film disutradarai Prof Suyanto, Aryanto Yuniawan (Battle of Surabaya/November 10th, 2015) dan Marco Balsamo (The Brave, 2019). Film diproduseri oleh CEO California Pictures at Paramount Studios, Hollywood, Steven Verne Istock ( A Warrior’s Heart, Strike One dan Scavengers). Saat ini, proses produksi sedang dalam penjaringan talenta dari Asia dan Hollywood untuk menjadi pengisi suara di film animasi yang rencananya selesai akhir tahun 2022.
”Film Ajisaka: The King and the Flower of Life merupakan salah satu dari tiga proyek film animasi ambisius yang sedang kami kerjakan. Dua proyek film lainnya, Land of Mercy dan Golden Snail,” ujar Suyanto.
Novel Laris
Ia juga menjelskan ”Land of Mercy” diadaptasi dari novel terlaris dengan judul yang sama oleh penulis berbasis di Tiongkok, Fan Wen. Filmnya sedang diproduksi bekerja sama dengan Hwallywood Media and Arts di Singapura. Sutradaranya, Keng Leck, melibatkan kru termasuk ahli animasi Tod Polson (”The Book of Life”) sebagai desainer produksi dan Kompin Kemgumnird (”Adventure Planet”, ”The Blue Universe”) sebagai sutradara animasi.
Film ”Golden Snail” diangkat dari kisah lokal yang diadaptasi secara bebas dengan sentuhan gaya penceritaan Hollywood. Film ini rencananya akan tayang perdana secara eksklusif di jaringan bioskop terbesar di Indonesia, 21 Cineplex Group.
”Selain film animasi itu, saat ini Universitas Amikom Yogyakarta juga sedang menggarap film layar lebar yang berjudul ”Kinah & Redjo”. Film terinspirasi dari kisah cinta masa muda juru kunci Gunung Merapi, almarhum Mbah Maridjan dan istrinya Ponirah,” imbuh Suyanto.
Ia bersyukur karena film produksinya mampu melangkahkan kaki di kancah internasional. Apalagi, selain Variety, Hollywood Reporter sudah mengabarkan akan memuat tulisan tentang Ajisaka.
”Saya tidak membayangkan, tapi itu mengajarkan kita tentang betapa penting relasi karena awal sejarahnya saya bangun dari Cannes Film Festival,” ujarnya.
Suyanto mengamati, film animasi buatan sineas Indonesia dimuat pula di laporan harian Cannes Film Festival. Di gerai-gerai California Pictures, Ajisaka turut dipamerkan bersama film animasi peraih puluhan penghargaan global, ”Battle of Surabaya”.
Ia menegaskan semua film d iatas diangkat dari cerita lokal yang diinterpretasikan ulang dengan sentuhan gaya penceritaan Hollywood. Dirinya juga melakukan dua pendekatan yaitu dramatical journey dan psychological journey.
Perjalanan Suyanto di Cannes Film Festival dilakukan bersama mendiang istri, Anisah Aini, yang pada 30 April 2022 lalu berpulang. Bahkan, Anisah merupakan orang yang terus mendorong untuk mengikuti festival-festival film internasional.
”Karya dan prestasi ini sekaligus hadiah untuk istri saya,” ujar Suyanto.