JOGJA, SMJogja – MSV Studio bekerja sama dengan Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta siap menggarap Film layar lebar berjudul ”Kinah & Redjo”. Film ini terinspirasi dari kisah masa muda juru kunci legendaris Gunung Merapi, almarhum Mbah Maridjan.
Film biopik tersebut menceritakan kisah cinta Mbah Marijan muda dengan istrinya, Mbah Ponirah, yang diadaptasi dalam bentuk film layar lebar. Film akan tayang di bioskop akhir tahun 2022.
Demi mencapai hasil yang maksimal, Tim Produksi film ”Kinah & Redjo” melakukan riset yang mendalam. Skrip film Kinah & Redjo dibangun melalui riset terhadap situasi di masa ketika Mbah Maridjan masih muda. Juga didasarkan pada wawancara terhadap putra Mbah Maridjan yang juga juru kunci Merapi sekarang yakni Mas Bekel Anom Suraksosihono, atau akrab dipanggil Pak Asih.
Sutradara dan penulis film, Prof M Suyanto dan Hernandes Saranela didampingi para pemeran utama, Annisa Hertami (Kinah) dan Aksara Dena (Redjo), berkunjung ke kediaman Pak Asih untuk meminta restu. Mereka sekaligus minta kesediaan Asih menjadi penasihat dalam proses pembuatan film tersebut.
Dalam produksi, Asih didapuk sebagai narasumber utama. Pasalnya, sejak dini ia sudah sangat paham, tidak hanya tentang kisah hidup Mbah Marijan dan Mbah Ponirah, namun juga situasi, kondisi, dan budaya yang berlangsung di masa tersebut.
Nilai Budaya
Suyanto yang juga Rektor Universitas Amikom Yogyakarta sebagai penulis naskah film ingin film tersebut erat dengan nilai-nilai budaya Jawa yang kental dan penuh makna.
”Produksi film dibuat sarat makna agar generasi sekarang bisa mengenang dan meneladani nilai nilai kehidupan yang dipegang teguh oleh almarhum Mbah Marijan,” tuturnya.
Ia menambahkan dari sisi artistik, masukan Asih menambah otentifikasi dari lokasi shooting yang diset sedemikian rupa agar sesuai dengan kondisi waktu ketika Mbah Maridjan masih muda. Baik dari sisi makanan, bangunan ataupun kebiasaan dan budaya yang ada di zaman itu.
”Selain sowan ke kediaman Pak Asih, kami dan tim produksi juga melakukan survei lapangan di berbagai lokasi shooting film. Proses shooting sendiri rencananya akan berlangsung selama 16 hari dan dimulai pertengahan bulan Juni,” papar Suyanto.
Ia menilai, kestimewaan film tersebut, tim produksinya yang berasal dari kolaborasi sineas profesional, seniman Jogja, dan juga mahasiswa-mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta. Terlibat juga beberapa siswa dari SMK Mitra Universitas Amikom Yogyakarta, seperti SMK Prestasi Prima Jakarta, SMK BPI Bandung, dan SMK Daarut Tauhid Bandung.
Kaprodi Ilmu Komunikasi, Erik Hadi Saputra menambahkan, keterlibatan mahasiswa dalam film memberikan penguatan dan pengalaman berharga bagi mahasiswa tentang industri film yang sesungguhnya. Nantinya, berbekal pengalaman tersebut, mahasiswa bisa semakin mengembangkan potensinya untuk berkarir lebih jauh dalam Industri film profesional.