SLEMAN, SMJogja.com – Tren gangguan penglihatan kabur atau rabun jauh cenderung naik selama pandemi Covid-19. Sebuah studi literatur yang dipublikasikan tahun 2022 menyebutkan kenaikan angka kasus hingga dua kali lipat dibandingkan sebelum pandemi.
Tidak hanya angka kasus, sejumlah studi di dunia juga melaporkan adanya peningkatan ukuran minus penglihatan sekitar -1,2 sampai -0,35 per tahun. Keadaan ini dipengaruhi faktor penggunaan gawai yang semakin intens selama masa pandemi, terutama pada kalangan anak usia sekolah.
“Pembatasan yang diterapkan saat pandemi berimbas membatasi kesempatan anak untuk bermain di luar ruangan. Hal ini menjadi salah satu faktor risiko yang memicu progresivitas myopia atau rabun jauh,” terang Guru Besar Ilmu Kesehatan Mata UGM Prof Suhardjo saat jumpa pers di Poliklinik Mata RSUP Sardjito, Rabu (5/10).
Untuk mencegah progesivitas bertambah parah perlu adanya upaya pencegahan. Langkah ini tidak hanya dilakukan oleh tim medis tapi juga didukung orang tua dan pemegang kebijakan sekolah. Salah satunya melalui penerapan 20-20-20 rule yaitu kebiasaan setiap durasi 20 menit melihat layar, ambil waktu istirahat selama 20 detik sembari melihat objek sejauh 20 kaki (6 meter) untuk mengistirahatkan mata.
Disamping itu perlu peran aktif orang tua untuk membatasi waktu anak berada di depan layar saat berada di rumah. Dalam rangka Hari Peringatan Sedunia 2022, Sardjito Eye Center bekerjama dengan FKKMK UGM, Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) DIY, dan Lions Club Manggala Mataram akan memberikan sumbangsih dengan mengadakan pemeriksaan mata gratis bagi 100 anak SD yang ada di sekitar lingkungan kampus UGM. Pemeriksaan anak-anak yang memiliki gangguan penglihatan dan nantinya mereka akan diberikan kacamata secara cuma-cuma.
“Untuk mendeteksi myopia sebaiknya dilakukan sejak dini. Rabun jauh dapat ditangani dengan berbagai pilihan terapi baik berupa penggunaan kacamata, lensa kontak ataupun tindakan pembedahan laser,” terang Suhardjo.
Kegiatan pemeriksaan gratis ini akan dilaksanakan pada Minggu (9/10) setelah jalan sehat. Pada hari itu juga akan dilakukan pemeriksaan kesehatan mata dan skrining retinopati diabetika (RD) bagi kalangan dosen UGM yang memiliki diabetes melitus (DM). Hal ini tidak lepas dari resiko RD yang dialami pasien diabetes. Penelitian di Yogyakarta menunjukkan 43,1 persen pasien DM mengalami RD. Jika tidak ditangani secara tepat bisa mengakibatkan kebutaan.