MALANG, SMJogja.com – Saatnya pariwisata Jogjakarta tak lagi mengandalkan kuantitas tetapi kualitas. Pengunjung semakin cerdas dan menginginkan menyamanan selama berwisata. Konsep ini harus segera terwujud guna menjadikan pariwisata Jogjakarta semakin berkualitas.
Hal itu terungkap dalam diskusi ekonomi pariwisata bertajuk ”Studi Komparasi Pariwisata Malang Rayat & DIY”. Diskusi berlangsung di Hotel Aria Gajayana, Malang, akhir pekan kemarin. Diskusi merupakan kerja sama ISEI Cabang Jogjakarta, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) DIY, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang dan ISEI Cabang Malang.
Kepala Kantor Perwakilan BI DIY, Budiharto Setyawan mengatakan saatnya mengubah orientasi pariwisata dari mass tourism menuju quality tourism. Potensi pariwisata di DIY, mulai dari wisata seni budaya, wisata cagar budaya, alam dan buatan sangat menunjang mewujudkan wisata yang berkualitas.
‘Indikator wisata yang berkualitas terlihat dari lamanya tinggal wisatawan (lenght of stay) dan pengeluaran belanja wisatawan (tourist spending),” ujar Budiharto.
Ada Kesamaan
Ia menegaskan, kebijakan dan strategi pengembangan pariwisata DIY harus mendukung ke arah wisata yang berkualitas bukan sebaliknya. Menurutnya terdapat beberapa kesamaan antara pariwisata DIY dan Malang Raya, namun keduanya merupakan komplementer bukan substitusi.
Kepala Kantor Perwakilan BI Malang, Samsun Hadi menambahkan mayoritas wisatawan di Kota Batu datang di akhir minggu dan musim liburan. Fasilitas pariwisata di sana cukup lengkap mulai akomodasi, restoran dan beberapa tempat tujuan wisata buatan yakni Jatim Park, Museum Angkut, Museum Topeng. Taman Agrowisata.
”Harus diakui perkembangan pariwisaa di Malang Raya karena dukungan akses jalan tol,” ungkap Samsun.
Ketua ISEI Cabang Jogjakarta, Wildan Safutri berpendapat faktor kenyamanan dan keamanan wisatawan berkunjung ke destinasi wisata menjadi faktor penentu. Ketika wisatawan merasa aman dan nyaman, target jumlah, belanja dan lama tinggal dapat tercapai.