JOGJA, SMJogja.com – Industri pariwisata mulai bangkit setelah pandemi Covid-19 mulai mereda. Daerah-daerah mulai menata kembali destinasi wisatanya. Namun sayang, belum banyak daerah yang menyediakan fasilitas untuk penyandang disabilitas. Padahal, mereka memiliki hak yang sama dengan lainnya.
Dalam Presidensi G20, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) membawa empat isu prioritas yang salah satunya mendorong partisipasi para penyandang disabilitas dalam dunia kerja. Presiden Joko Widodo dalam Peringatan Hari Disabilitas Internasional Tahun 2020 juga menegaskan perlunya perubahan paradigma.
Paradigma negara kepada penyandang disabilitas harus bergeser dari paradigma karitatif (charity based) menjadi paradigma perlindungan dan pemenuhan hak (human rights based). Salah satu langkah pemenuhan hak tersebut adalah dengan menciptakan destinasi wisata inklusif yang ramah difabel.
”Realitanya wisata inklusif di Indonesia belum optimal. Terbukti, rendahnya persentase wisata inklusif. Jogja misalnya, memiliki tingkat persentase wisata inklusif tidak mencapai 5 persen. Hanya beberapa destinasi yang menerapkan wisata inklusif dengan menyediakan fasilitas ramah difabel,” ungkap aktivis penyandang disabilitas, Triyono.
Belum Memperhatikan
Destinasi-destinasi lainnya di berbagai daerah masih belum memperhatikan aksesibilitas bagi difabel di tempat wisata. Melihat permasalahan ini, ia yang juga CEO dan Founder DifaBike bersama dengan PT Gemilang Media Wisatama (Travelxism) mencoba melakukan terbosan. Mereka meluncurkan program DifaTravelX.
Awalnya, DifaBike sebagai penyedia layanan ojek daring dan jasa layanan wisata penyandang disabilitas mengalami keterpurukan akibat pandemi. Setelah situasi agak kondusif, mereka mencoba mencari solusi sekaligus terobosan baru di bidang pariwisata inklusif. Program tersebut memberdayakan para penyandang disabilitas di Yogyakarta.
”Adanya DifaTravelX sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat perlunya membangun pariwisata yang aksesibel bagi semua orang, termasuk penyandang disabilitas. Setiap individu dan warga negara berhak piknik, bersenang-senang, tanpa pengecualian,” tandas Triyono.
Ia menambahkan target penerima manfaat yakni 10 tourist guide penyandang disabilitas dari DifaBike serta 20 pemuda lulusan SLB di Yogyakarta dan sekitarnya. Melalui DifaTravelX, para target penerima manfaat mendapat pembekalan serta pelatihan menjadi host dalam dua program utama program itu.
Pelatihannya antara lain, tour guiding, public speaking, bahasa Inggris, videografi, fotografi, dan hospitality.
Virtual Tour dan Virtual Experience menjadi dua program utama dalam program DifaTravelX. Program tersebut akan memberikan sensasi baru berwisata ke berbagai penjuru daerah tanpa harus pergi kemana-mana.
”Dalam Virtual Tour, penonton akan mengelilingi berbagai destinasi wisata yang ada di Yogyakarta. Pada Virtual Experience, penonton menikmati aktivitas menarik bersama penduduk lokal di suatu tempat,” imbuhnya.
Virtual Tour dan Virtual Experience DifaTravelX bakal berlangsung 21 dan 28 Mei 2022. Dua program tersebut berada di 10 destinasi wisata yakni Malioboro-Titik 0, Museum Gunung Api Merapi, Makam Raja-Raja Mataram di Kotagede.Ada wisata alam, religi, hingga kuliner dan lainnya.