Paus Fransiskus Terima Batik Tulis Paku Alam

Paus Fransiskus menerima batik tulis karya GKBRAy Adipati Paku Alam X / ist

JOGJA, SMJogja.com – Pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus menerima batik tulis dari Paku Alam Jogjakarta. Pelestari batik yang juga istri Paku Alam X, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu (GKBRAy) Adipati Paku Alam X membuat dan mengirimkan batik tulis tersebut ke Vatikan.

”Saya membuat batik tulis Ceplok Mangkara Latar Kawung supaya bisa sampai ke tangan Paus Fransiskus di Vatikan dan ternyata benar sampai sana diterima langsung,” tutur Permaisuri Kadipaten Pakualaman ini gembira.

Hal itu terungkap saat menerima kunjungan delegasi Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) di Puro Pakualaman. Delesai tersebut yang membawa batik dan menyerahkan secara langsung ke Paus di Vatikan beberapa waktu lalu.

”Matur nuwun batik saya bisa sampai ke tangan Paus. Ini sungguh luar biasa dan bagian dari sejarah. Suami saya heran dan bertanya kok bisa sih. Sebelumnya saya memang tidak cerita kalau mengirim batik ke Paus,” tuturnya.

Read More

Batik tulis Ceplok Mangkara Latar Kawung menjadi salah satu cinderamata yang diserahkan Delegasi PWKI ke Vatikan kepada Paus Fransiskus. Selain batik karya GKBRAy Adipati Paku Alam X, juga ada gunungan wayang dari Sri Sultan Hamengku Buwono X, lukisan dan patung Maria Bunda Segala Suku dari Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Kardinal Suharyo, serta buku karya Rm Sandro Peccati SX, misionaris Italia yang telah 60 tahun berkarya di Indonesia.

Naskah Kuno

Di depan delegasi PWKI, GKBRAy Paku Alam yang merupakan putri asli Semarang menceritakan dan menunjukkan berbagai koleksi batik tulisnya. Seluruh batik melalui proses pembuatan yang njilmet, penuh makna filosofis.

Batik-batik karyanya merupakan terjemahan dari naskah-naskah kuno yang ada di Puro Paku Alam, utamanya tentang ajaran kepemimpinan, Astabrata. Ini merupakan ajaran kepemimpinan dari Paku Alam II yang sudah ada sekitar 200 tahun lalu.

”Kami mencoba menerjemahkan Astabrata melalui media batik. Kami semua membaca wasiat dari naskah aslinya dan kemudian menuangkan dalam bentuk gagasan dan diaplikasi ke media batik. Ajaran-ajaran luhur tentang kepemimpinan tidak akan hilang dan menjadi koleksi yang tidak ternilai,” tandasnya.

Related posts

Leave a Reply