Pelestari Anggrek Merapi Berjibaku di Tengah Ancaman Erupsi

Musimin, salah satu pelestari anggrek Merapi merawat tanaman di rumahnya Dusun Turgo, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Sleman. / SMJogja.com - Amelia Hapsari

SLEMAN, SMJogja.com – Suasana teduh terasa ketika menapaki kediaman Musimin di Dusun Turgo, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Sleman. Di rumah sederhana yang terletak dua kilometer dari puncak bukit Turgo ini, Musimin merintis impiannya untuk melestarikan anggrek Merapi.

Sejak 24 tahun silam, mimpi itu mulai dia rajut. Kini harapannya terlaksana. Tempat tinggalnya bersama keluarga telah menjadi tempat konservasi lebih dari 150 jenis anggrek. Semua bermula dari peristiwa letusan Merapi tahun 1994. Bencana erupsi kala itu meluluhlantakkan sebagian habitat flora di lereng gunung tersebut.

Dulu, banyak jenis anggrek yang hidup di lereng Merapi. Tapi akibat erupsi ditambah kebakaran hutan, habitat anggrek berkurang banyak,” tutur Musimin.

Tidak ingin kekayaan Merapi lenyap begitu saja, pada tahun 1996, dia mulai mengoleksi sisa-sisa anggrek yang ada di pekarangan dan terkumpul tujuh spesies. Langkahnya didukung oleh BKSDA yang berselang empat tahun kemudian memberikan bantuan 50 batang anggrek Vanda.

Read More

Kecintaannya terhadap flora anggrek kian membuncah. Pada medio 2003, dia berkenalan dengan beberapa pembudidaya anggrek yang tinggal di lereng sektor timur dan barat Merapi. Dari mereka, Musimin membeli sejumlah tanaman anggrek.

Ikhtiar yang dijalankannya pun mendapat perhatian dari salah satu ahli anggrek bernama Sulistiyono. Pada 2011, mereka berkolaborasi melakukan pendataan anggrek yang masih hidup di lereng Merapi. Jerih payah selama tiga bulan membuahkan hasil.

“Dari pencarian di hutan seluas 300 hektare, ditemukan anggrek yang tersisa sekitar 50 spesies. Setelah diperluas lagi ke lereng sisi timur, barat, dan utara terkumpul kurang lebih 110 jenis anggrek,” ucap bapak dua putri ini.

Namun dari ratusan anggrek lokal Merapi itu, sejauh ini hanya 80 jenis yang berhasil dibudidayakan. Sebab, tidak mudah merawat anggrek serta butuh kesabaran ekstra. Tapi tantangan itu tidak membuat niatnya surut.

“Kita sebagai orang yang hidup berdekatan dengan Merapi, kenapa harus bangga dengan kekayaan alam dari luar. Ini adalah anugerah Allah, kalau merasa butuh dengan alam maka kita upayakan pelestariannya,” ujar suami dari Sarinah ini.

Terkait status Merapi yang saat ini Siaga, Musimin tidak risau. Dia pun mengaku tidak ada pikiran untuk memindahkan lebih dari 150 jenis koleksi anggrek miliknya ke tempat yang lebih aman. Sebab dia percaya, Sang Pencipta yang akan menjaganya.

“Jika memang dikehendaki oleh Tuhan, anggrek-anggrek itu akan tetap hidup. Kita hanya bisa berikhtiar,” ucapnya.

Related posts

Leave a Reply