SLEMAN, SMJogja.com – Digitalisasi transaksi di pasar tradisional tahun ini akan diupayakan untuk dipercepat. Di Kabupaten Sleman ada sekitar 80 unit pasar tradisional, dan dibawah binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) berjumlah 42 pasar, yang rencananya akan menjadi sasaran percepatan digitalisasi pada tahun 2023 ini.
“Tidak tergutup kemungkinan tahun depan kami akan merangkul pasar tradisional lain, termasuk pasar desa. Langkah percepatan ini dibutuhkan demi menciptakan kondisi ekonomi digital di Sleman,” kata Kepala Disperindag Sleman Mae Rusmi Suryaningsih, Jumat (27/1).
Penerapan digitalisasi memberi manfaat kemudahan transaksi bagi pembeli maupun pedagang. Ke depan, pembayaran sistem cashless diharapkan bisa menarik minat kaum muda yang lekat dengan teknologi untuk berbelanja di pasar tradisional.
“Para pedagang perlu dikenalkan cara transaksi non manual. Sosialisasi sudah kami mulai dengan menyambangi beberapa pasar,” kata Mae.
Pertengahan bulan ini, dinas bersama paguyuban pedagang pasar dan PKL se- Kabupaten Sleman telah melakukan kunjungan ke Pasar Potrojayan, Prambanan. Melalui kegiatan itu, para pedagang diberi ilustrasi atau gambaran digitalisasi pasar terutama penerapan QRIS dalam transaksi jual beli.
Pada kunjungan itu, paguyuban pedagang pasar dan PKL yang berjumlah 127 orang, berkesempatan pula melihat secara langsung proses transaksi dengan menggunakan QRIS. Mae mengatakan, sistem QRIS saat ini sudah digunakan di sejumlah tempat usaha seperti foodcourt Denggung, PKL Pasar Malam, dan 8 pasar tradisional binaan dinas.
Salah satu pedagang Pasar Sambilegi, Arum mengungkapkan, kunjungan langsung ke lapangan semacam itu sangat bermanfaat bagi pedagang. Dia pun merasa penerapan digitalisasi akan memberi banyak keuntungan. Salah satunya pedagang tidak lagi khawatir dengan peredaran uang palsu.
“Kami juga diajarkan melek teknologi. Lebih bagus lagi jika penjualan bisa merambah digital sehingga calon konsumennya semakin banyak,” ujarnya.