SLEMAN, SMJogja.com – Memasuki periode puncak musim hujan, pengelola tempat wisata terutama yang berlokasi di daerah rawan banjir lahar dan longsor, diminta untuk meningkatkan kewaspadaan. Untuk mengantisipasi resiko, Dinas Pariwisata (Dispar) Sleman telah membekali operator destinasi wisata dengan pelatihan mitigasi bencana.
“Kami sudah beberapa kali bekerjasama dengan BPBD untuk pelatihan mitigasi termasuk kepada pengelola desa wisata, terutama yang mengandalkan aktivitas susur sungai berhulu di Merapi,” kata Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata dan Ekonomi Kreatif Dispar Sleman Aris Herbandang, Jumat (4/2).
Operator jip wisata lava tour Merapi tidak luput menjadi perhatian. Pelatihan mitigasi ini akan terus dilakukan sampai dengan tahun depan supaya pelaku wisata benar-benar siap. Namun sementara ini, Dispar hanya memfasilitasi sebatas pembinaan, belum menyentuh pada bantuan sarana prasarana pendukung mitigasi. Alasannya karena keterbatasan anggaran.
“Pengelola biasanya sudah punya mekanisme tersendiri. Kami memang belum bisa melengkapi untuk sarpras karena sejauh ini masih menggunakan anggaran DAK,” ujarnya.
Disamping itu, pengelola wisata juga mengandalkan jejaring untuk memantau perkembangan kondisi cuaca, dan aktivitas Merapi. Contohnya operator jip yang berjejaring dengan SAR dan telah membentuk forum komunikasi melalui alat telekomunikasi HT. Untuk menyampaikan informasi secepatnya kepada wisatawan, beberapa pengelola sudah menyediakan alat pengeras suara.
Kepala BPBD Sleman Makwan mengingatkan pelaku wisata agar tidak mengambil resiko. “Operator jip jangan melakukan atraksi di sungai jika turun hujan. Jangan coba-coba meski itu membuat wisatawan senang tapi resikonya besar,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, Sleman saat ini tengah menghadapi ancaman bencana multi hazard meliputi erupsi Merapi, banjir lahar dingin, longsor, hingga pandemi Covid-19. Pada musim hujan, potensi banjir lahar semakin meningkat. Endapan material vulkanik di lereng sisi tenggara Merapi mencapai 2,8 juta meter kubik, sedangkan sisi barat daya 1,6 juta meter kubik. Bahkan beberapa kali sudah terjadi aliran lahar menerjang Sungai Boyong.
BPBD telah menempatkan 16 piranti early warning system (EWS) untuk memantau banjir lahar. Di masing-masing lokasi EWS ada petugas jaga yang akan segera memberi informasi jika muncul resiko bencana, termasuk kepada wisatawan.