SLEMAN, SMJogja.com – Bisnis Pertashop di wilayah Jawa Tengah dan DIY berkembang cukup pesat. Hingga sekarang sudah terdapat sekitar 1.300 outlet di dua provinsi tersebut yang menjual bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax maupun Dexlite. Khusus DIY ada 140 outlet
Saat ini, Pertamina juga tengah gencar melakukan sosialisasi kepada para pengusaha untuk dapat berbisnis produk non BBM di lokasi Pertashop. Tujuannya tentu supaya mereka bisa memperoleh penghasilan tambahan di luar penjualan bahan bakar.
“Ide bisnis non fuel yang bisa dijalankan ada bermacam-macam seperti mini market, kafe, tambal ban, rumah makan, jasa ekspedisi, dan juga kegiatan usaha lainnya selama memenuhi aspek keselamatan di Pertashop,” kata Area Manager CSR Regional Jawa Bagian Tengah Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho, Kamis (13/7).
Salah satu Pertashop yang telah menerapkan konsep bisnis non BBM adalah outlet 4P55522 di Pondok Raya, Condongcatur, Depok, Sleman. Bisnis yang dihadirkan minimarket dan tambal ban nitrogen. Pemilik Pertashop Condongcatur, Kuwat mengungkapkan ketertarikannya membuka bisnis Pertashop karena di sekitar lokasi belum terdapat SPBU.
Dia memulai bisnis kurang lebih 1,5 tahun silam. Sebelumnya, Kuwat pernah membuka usaha Bensin Biru 2 Langkah (BB2L) pada tahun 2000-an tapi kurang laku di pasaran. Tidak kapok menjalani bisnis penjualan BBM kendati padat modal dan beresiko tinggi, kegagalan itu alih-alih dijadikan evaluasi.
“Kuncinya adalah kajian lokasi dan hitungan modal yang tepat mengingat semua aktivitasnya menggunakan cash keras. Selain itu juga faktor manajemen karena kita kerjasama dengan Pertamina maka harus sama-sama bisa menjaga performance agar masyarakat percaya,” urainya.
Sebelum mendirikan Pertashop, dia mengaku sempat memantau trafik selama 1-2 pekan. Lokasi itu dipilih karena dirasa strategis. Selain jalur menuju luar kota arah Klaten, kawasan di sekitarnya juga padat penduduk. Kini, omset yang diraupnya bisa menembus 2.300 liter hingga 2.500 liter per hari.
Merangkaknya omset, menurut dia, turut dipengaruhi disparitas harga BBM subsidi dan non subsidi yang tidak selisih jauh. Jika omset tersebut stabil, dia optimis bisa mencapai BEP dalam kurun 5 tahun. Perhitungannya, angka BEP adalah 1.500 liter per hari.
“Mayoritas konsumen kami adalah pengguna kendaraan motor roda dua. Masyarakat kelihatannya sudah tertarik dengan jenis BBM yang berkualitas lebih tinggi,” kata Kuwat.