Pentingnya Evakuasi Mandiri, Refleksi Gempa Turki

Wahyu Wilopo dalam satu kesempatan / dok UGM

JOGJA, SMJogja.com – Gempa bumi dasyat dengan magnitudo 7,8 melanda Turki dan Suriah. Ribuan orang meninggal dunia dan belasan ribu lainnya terluka akibat gempa tersebut. Laporan Badan Survei Geologi Amerika (USGS) menyatakan bahwa pusat gempa di Turki berkekuatan 7,8 R itu berada 23 kilometer timur Nurdagi, di Provinsi Gaziantep Turki, pada kedalaman 24,1 kilometer.

Dosen Geologi UGM, Dr Wahyu Wilopo mengatakan magnitude gempa Turki yang cukup besar dan tingkat kedalaman pusat gempa yang dangkal mengakibatkan risiko tingkat kerusakan bangunan besar. Kerusakan gempa bumi dipengaruhi kekuatan gempa, durasi gempa, jarak gempa (jarak horizontal dan kedalaman) dari lokasi, kondisi tanah dan batuan di lokasi termasuk ada tidaknya jalur patahan dan kekuatan bangunan.

”Episentrum gempa berada di daerah daratan dan kejadian gempa yang besar terjadi bukan pada gempa pertama namun pada kejadian gempa selanjutnya. Yang terjadi pada pukul 04.17 pagi dengan magnitude yang lebih rendah, kemudian terjadi gempa lagi pada pukul 04.28 dengan magnitude 6,7 dan pada pukul 13.24 siang terjadi gempa dengan magnitude paling besar 7,8,” papar Wahyu.

Kejadian gempa berturut-turut dengan magnitude besar menurutnya justru akan lebih merusak dibandingkan dengan kejadian gempa yang terjadi hanya sekali. Begitu pula gempa yang agak besar diikuti dengan gempa-gempa kecil tidak separah seperti yang terjadi di Turki.

Read More

Harus Waspada

”Masyarakat harus waspada terhadap gempa susulan, yang mungkin magnitudonya lebih besar dari gempa yang pertama seperti kasus yang terjadi di Turki atau di Lombok pada 2018 lalu,” tandas Wahyu mengingatkan gempa di Indonesia beberapa tahun lampau.

Mengenai jumlah korban, ia menjelaskan secara umum bangunan di Turki sudah lebih baik dibandingkan di Indonesia. Namun demikian dengan kejadian gempa yang cukup besar dan berkali-kali akan menyebabkan terjadinya keruntuhan. Sebagian besar tipikal bangunan di Turki dibangun bertingkat bukan satu lantai, sehingga lebih rentan runtuh dan menimbulkan banyak korban.

Pelajaran dari kejadian gempa di Turki dan Suriah, masyarakat Indonesia harus selalu waspada kejadian gempa bumi. Salah satu kewaspadaan yang harus dilakukan yakni membangun bangunan yang tahan terhadap gempa. Ia mencontohkan, salah satu contoh bangunan tahan gempa yang sederhana adalah RISBA yang dikembangkan di Teknik Sipil UGM.

”Masyarakat juga harus memiliki rencana evakuasi mandiri bila terjadi gempa dengan mengenali tempat-tempat berlindung atau jalur evakuasi untuk menuju tempat aman. Yang tidak kalah lebih penting, melakukan pemetaan sesar-sesar aktif sebagai pemicu terjadinya gempa bumi,” tegas Wahyu.

Related posts

Leave a Reply