JOGJA, SMJogja.com – Banyak negara telah menyadari pentingnya paten sehingga mereka berlomba-lomba melakukannya. Begitu pula Indonesia, namun negeri ini masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain bahkan dengan negara tetangga.
Penting mengedukasi pentingnya paten pada masyarakat terutama kalangan perguruan tinggi untuk paham, peduli dan mau melakukannya. Hal itu terungkap dalam Pelatihan Penulisan Deskripsi Permohonan Paten, kerja sama Lembaga Riset dan Inovasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (LRI UMY) dengan Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Pelatihan berlangsung 10-12 Agustus 2022 di Hotel Harper Yogyakarta. Peserta tak hanya dari Jogjakarta dan sekitarnya namun ada pula dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan lainnya. Mereka berasal dari berbagai perguruan tinggi.
Sub-Koordinator Fasilitator Kekayaan Intelektual Kemendikbud Ristek, Muhammad Husni Thamrin menjelaskan pengajuan paten di Indonesia rata-rata 7.000 setiap tahun sedangkan di Tiongkok mencapai 1 juta per tahun. Indonesia harus bekerja keras untuk mengejar ketinggalan tersebut.
”Paten sangat berharga bagi dosen supaya penelitiannya bisa dihilirisasi di dunia industri dan menyumbang prestasi bagi kampusnya,” tandas Husni. Ia menargetkan sebanyak 80 persen karya dalam pelatihan bisa maju ke paten. Dalam tahun ini, Pemerintah menargetkan akan ada 500 paten yang masuk.
Ketrampilan Khusus
Kepala LRI UMY, Prof Dyah Mutiarin menjelaskan paten merupakan salah satu kekayaan intelektual yang sangat penting karena menjadi rujukan hilirisasi. Namun tidak mudah melakukannya sehingga perlu pelatihan. Paten membutuhkan ketrampilan khusus.
”Mengurus paten tidak seperti menghasilkan artikel, mungkin kalau menulis artikel dalam tiga bulan kita bisa menghasilkan satu artikel, tapi dalam penulisan paten banyak hal yang harus dilakukan secara detail,” ujarnya.
Rektor UMY, Prof Gunawan Budiyanto menambahkan paten menjadi salah satu instrumen prestasi sebuah perguruan tinggi. Pasalnya, karya paten merupakan bagian kinerja akademik yang dapat membantu menyelesaikan persoalan di masyarakat.
”Pandemi Covid-19 memberi dampak positif, banyak karya-karya inovasi kampus dalam rangka ikut menanggulangi penyebaran virus berbahaya tersebut. Semangat berkarya harus terus terjaga agar para dosen semakin kreatif dan inovatif,” papar Gunawan.