Perempuan Membangun Peradaban, Perlu 135,6 Tahun Menutup Kesenjangan Gender Dunia

Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi di depan warga Aisyiyah / ist

JOGJA, SMJogja.com – ”Pendidikan tidak hanya memperbaiki kualitas individu melainkan juga kualitas masyarakat. Inilah awal terciptanya bangsa yang beradab. Ilmu pengetahuan dapat membuka cakrawala perempuan dalam berbagai bidang dan saya sangat mengapresiasi Aisyiyah yang sejak berdiri lebih dari satu abad yang lalu konsisten mendorong akses pendidikan formal dan nonformal bagi masyarakat,” tandas Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi.

Retno mengungkapkan hal itu dalam Tasyakur Milad ke-105th ‘Aisyiyah dan halal bihalal. Pada kegiatan yang berlangsung secara hybrid, ia hadir secara langsung di Gedung Siti Bariyah Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta.

Di hadapan 150 peserta yang hadir secara luring dan lebih dari seribu peserta secara daring, ia menyebutkan beberapa permasalahan dunia saat ini. Permasalahan tersebut membawa dampak sangat besar terutama bagi kelompok perempuan dan anak-anak.

”Kemiskinan dan kesetaraan gender menjadi aspek yang paling terdampak. Tahun 2020 saja setidaknya terdapat 100 juta orang baru yang turun ke bawah garis kemiskinan, pemenuhan hak-hak perempuan juga mengalami kemunduran hingga satu generasi,” ungkap Retno.

Read More

Kesenjangan Gender

Ia mengutip laporan WEF terkait kesenjangan gender global tahun 2021. Perlu 135,6 tahun untuk menutup kesenjangan gender dunia, di bidang politik perlu 145,5 tahun untuk mencapai kesetaraan gender. Bahkan dalam partisipasi ekonomi perlu 267,6 th untuk mengakhiri kesenjangan gender. Di semua krisis yang terjadi, perempuan selalu menjadi kelompok yang paling rentan terdampak.

Menurutnya perempuan dapat menjadi agen perubahan dan agen pembangunan di Indonesia. Pasalnya, 53.7 persen UMKM milik perempuan dan 97 persen karyawannya perempuan. Demikian juga dengan sektor kesehatan, 70 persen tenaganya perempuan.

”Data-data tersebut semakin menguatkan peran penting perempuan sebagai agen perubahan dan pembangunan, perempuan juga dapat menjadi agen perdamaian dan toleransi,” tegasnya.

Retno menambahkan keberadaan Aisyiyah sangat berarti dalam memajukan perempuan, termasuk meningkatkan harkat dan martabat perempuan Indonesia. Tidak hanya bagi Indonesia, Aisyiyah bersama Muhammadiyah juga turut berkontribusi bagi penanganan isu-isu global bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini mengajak warga Aisyiyah untuk dapat merefleksikan setiap kerja-kerja dakwahnya selama ini. Menurutnya, Aisyiyah yang memasuki abad kedua ini berhadapan dengan tantangan dan permasalahan yang semakin kompleks. Termasuk dampak pandemi Covid-19 dalam berbagai aspek kehidupan.

Related posts

Leave a Reply