Perkuat Ekosistem Ilmiah, LPPM Kunci Keunggulan UAD

Tim Periset UAD, Dr Suyadi MPd I, Dr Anom Wahyu Asmorojati SH MH dan Anton Yudhana MT PhD menerima sertifikat Kekayaan Intelektual dari Menkumham RI, Yasonna H Laoly / dok UAD

JOGJA, SMJogja.com – Salah satu kunci keunggulan sebuah perguruan tinggi ada pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM). Ketika lembaga tersebut dapat menciptakan, mempertahankan dan meningkatkan ekosistem ilmiah secara konsisten, kampus akan unggul. Ini pula yang telah dilakukan LPPM Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta sehingga menjadikan kampus tersebut unggul di berbagai bidang.

Kepala LPPM, Anton Yudhana MT PhD mengungkapkan lembaganya bertekad menjadi unggul di bidang riset dan inovasi, pengabdian kepada masyarakat, publikasi dan HKI yang bertaraf nasional dan dikenal secara internasional. Ia menekankan, semuanya berbasis pada nilai-nilai kemanusiaan universal dan keislaman bagi kesejahteraan umat manusia.

Ia menjelaskan LPPM meliputi empat bidang yakni riset dan inovasi atau penelitian, pengabdian pada masyarakat termasuk KKN. Sejak 2020, pengabdian pada masyarakat berbasis riset sehingga ketika mahasiswa atau dosen terjun ke masyarakat sudah ada bekal. Selain itu ada publikasi ilmiah dan sentra Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

”Ekosistem riset dan inovasi di UAD sudah semakin bagus kuantitas maupun kualitasnya. Pengabdian pada masyarakat tidak hanya di dalam negeri tetapi ada pula pengabdian internasional yang dulu tak pernah ada. Publikasi ilmiah internasional juga makin bagus karena ekosistem yang kami bangun,” tutur Anton.

Read More

Pemangkasan Birokrasi

Pada bidang peneltian, ia memaparkan ada penelitian dengan dana internal dan ada pula dana eksternal. Lembaganya mencatat dari lebih 750 dosen di UAD, hampir semuanya mengikuti penelitian internal maupun eksternal. Lebih 90 persen dosen terlibat dalam penelitian internal yang setiap tahun anggarannya mencapai Rp 5,5 miliar. Anggaran ini termasuk tinggi bagi kampus yang memang ingin selalu membuat iklim ilmiah terus berkembang.

Penelitian dana eksternal di lingkungan UAD juga mengalami peningkatan bahkan mencapai 200 persen. Sebanyak 34 proposal penelitian telah mendapat pendanaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Di samping itu, dosen UAD selalu lolos dan masuk pada penelitian dengan dana dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

”Masih banyak lagi penelitian yang kami lakukan di tingkat regional dan lokal, misalnya penelitian kerja sama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta. Yang baru saja dan masih berjalan antara lain penelitian becak listrik. Di lingkup internasional, kami banyak bekerja sama dengan Uni Eropa, Malaysia, Turki dan banyak negala lain,” papar Anton yang juga dosen teknik elektro.

Ia mengakui bukan pekerjaan mudah memotivasi para dosen dan mahasiswa untuk melakukan penelitian. Lembaganya mempunyai sejumlah strategi guna memotivasi mereka agar selalu melakukan penelitian. Ada kegiatan berbagi ilmu dan pengalaman sesama dosen, menggelar pelatihan tingkat nasional dan internasional, klinik pembuatan proposal.

Pelatihan dan Pendampingan

Kampus mendatangkan para pakar bidang penelitian untuk memberikan materi sekaligus menyemangati pada dosen. Mereka memperoleh bimbingan secara langsung. Pada dosen harus menyiapkan gagasan penelitian dan langsung menuliskannya dalam bentuk proposal. Pembimbing mendampingi hingga keseluruhan proposal jadi dan siap layak kirim ke sistem portal penelitian. Dengan begitu iklim penelitian di UAD semakin bagus.

Anton menegaskan, pemangkasan rantai birokrasi juga menjadi pemantik bagi para dosen melakukan penelitian. Mereka tidak lagi sibuk dengan urusan birokrasi dan administrasi karena sudah ada sistem daring yang memudahkan proses penelitian. Rantai birokrasi yang panjang dan memerlukan waktu lama membuat dosen enggan melakukan penelitian karena waktu habis hanya untuk persoalan tersebut.

”Pemangkasan birokrasi dan administrasi merupakan program menggembirakan bagi para dosen, terbukti ketika seluruh rantai birokrasi dan administrasi dipotong dan diganti dengan sistem daring yang transparan dan akuntabel, terjadi lonjakan pengajuan proposal penelitian,” tandasnya.

Menurut Anton, upaya LPPM UAD tidak boleh berhenti pada level publikasi namun dapat menghasilkan produk-produk inovasi dengan merespons kebutuhan masyarakat. Hasil penelitian juga perlu mendapatkan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual dan dapat diterapkan di masyarakat sebagi karya pengabdian berbasis riset dan inovasi seperti alat pendeteksi korupsi yang baru-baru ini mendapat apresiasi dari Pemerintah Indonesia.

Related posts

Leave a Reply