SLEMAN, SMJogja.com – Perhelatan Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Nasional XIII tahun 2022 resmi dibuka oleh Wakil Menteri Agama RI pada Senin (20/6) malam. Seremoni pembukaan diadakan di kompleks Candi Prambanan dengan menampilkan parade kontingen peserta yang berasal dari 34 provinsi.
DIY sebagai tuan rumah telah menyiapkan venue lomba paduan suara di sejumlah universitas terkemuka diantaranya Grha Sabha Pramana UGM, Performance Hall UNY, Concert Hall ISI, dan Auditorium USD. Kompetisi ini diselenggarakan tanggal 21-24 Juni 2022. Juara umum akan mendapatkan piala bergilir Presiden yang diserahkan pada agenda penutupan Minggu (26/6) mendatang di JEC.
Wakil Menteri Agama RI Zainut Tauhid Sa’adi mengatakan, ajang Pesparawi memiliki tujuan mulia yaitu mengembangkan penghayatan, dan pengamalan ajaran agama bagi umat Kristiani melalui sebuah perlombaan menyanyikan kidung pujian kepada Tuhan. “Sebagaimana umat Kristen meyakini bahwa bernyanyi untuk memuji dan memuliakan Tuhan adalah bagian dari ibadah. Umat kristen selalu memberikan yang terindah dan terbaik bagi Tuhan, karena itu merupakan implementasi dari rasa cinta dan keimanan,” tutur Zainut saat membacakan sambutan dalam acara pembukaan.
Pesparawi yang diselenggarakan saat ini memiliki makna penting yaitu sebagai sarana meningkatkan wawasan keagamaan. Setiap umat Kristiani diasah dan diperdalam kualitas spiritualitasnya serta memperteguh keimanan sehingga membawa dampak yaitu cinta kasih yang tulus kepada sesama.
Kehadiran peserta dari seluruh provinsi juga merefleksikan suasana semangat kehidupan beragama. Menyatunya para peserta dari berbagai daerah diharapkan dapat memperkaya wawasan kebangsaan, persatuan, dan kesatuan.
Pesparawi juga memiliki makna ganda baik dalam membangun hubungan intern umat Kristiani sendiri, maupun hubungan antar umat beragama di Indonesia secara menyeluruh. “Dalam konteks masyarakat majemuk, ajang ini memberikan sumbangsih besar dalam menumbuhkan rasa cinta, nasionalisme, dan mengembangkan kerukunan hidup antar umat beragama. Sehingga tepat jika Pesparawi disebut sebagai salah satu implementasi moderasi beragama karena mengesampingkan sekat pemisah,” paparnya.
Zainut menambahkan, tantangan pembangunan bidang agama di era globalisasi dan modernisasi semakin berat. Dinamika masyarakat sebagai dampak globalisasi serta semakin pesatnya kemajuan iptek, acap kali mengakibatkan dampak negatif yaitu pergeseran tata nilai dan perilaku agama seseorang. Ditengah kondisi tersebut, pengembangan seni dan budaya seharusnya mampu memberi arah bagi perwujudan identitas nasional yang sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X yang turut hadir menyampaikan sambutan mengatakan, paduan suara tidak sekedar tentang keindahan suara yang merdu. Lebih dari itu, diperlukan keselarasan dan kesadaran untuk saling mengisi demi mencapai performa terbaiknya.
“Apabila dimaknai secara filsafati, paduan suara selaras dengan ajaran moral khas Jogja yaitu sawiji greget, sengguh, ora mingkuh. Maknanya penjiwaan total, penuh percaya diri namun tidak sombong, dan pantang mundur,” ucapnya.
Ketua Umum Pesparawi XIII yang juga Wakil Gubenur DIY KGPAA Paku Alam X mengatakan, ajang tahun ini diikuti 8.144 peserta. Rangkaian agendanya antara lain karnaval andong, jamuan makan malam bersama Gubernur DIY, lomba paduan suara dengan 12 kategori, bazar UMKM, dan musyawarah nasional.