Petani Perlu Pelatihan Tanaman Herbal, Tingkatkan Kualitas SDM dan Produksi

Pengenalan tanaman herbal ke anak-anak muda / ist

JOGJA, SMJogja.com – Kebutuhan bahan baku obat tradisional nasional sekitar Rp 12 triliun hingga Rp 16 triliun pertahun. Kebutuhan permintaan luar negeri mencapai Rp 12 triliun pertahun, sedangkan Indonesia baru mampu memenuhi kisaran Rp 100 milyar per tahun. Peluang dan potensi untuk mengembangkannya sangat terbuka lebar.

Pelaku budi daya tanaman herbal, Sidiq Raharjo mengungkapkan hal itu ketika menyampaikan potensi pengobatan herbal di Indonesia. Dirinya yang sehari-hari berada di kebun di bawah kaki Gunung Merapi, berusaha melakukan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan herbal di masyarakat.

”Untuk mengatasi persoalan pemenuhan kebutuhan bahan herbal, kami secara berkala melakukan pelatihan pertaniam herbal. Ini sebagai salah satu cara meningkatkan kualitas SDM pertanian herbal sekaligus produknya,” papar Sidiq yang juga CEO Merapi Farma Herbal.

Perhatiannya pada tanaman herbal sejak 20 tahun lalu. Ia ingin Indonesia yang kaya raya dengan tanaman herbal mampu menjadi pengisi kebutuhan di dunia. Sayangnya, keberadaan tanaman herbal belum menjadi perhatian utama banyak pihak sehingga untuk memenuhi kebutuhan dunia sangat sulit.

Read More

Pemberdayaan Masyarakat

Kendati demikian, Sidiq tak patah semangat. Ia melakukan pembibitan, pembesaran, panen hingga pengolahan tanaman herbal. Semua itu tidak hanya untuk dirinya, ia juga ingin masyarakat terlibat dan mau terjun ke tanaman herbal.

”Karena itu, kami terus menerus menggelar pelatihan tanaman herbal guna meningkatkan SDM sekaligus membuat tanaman herbal bernilai ekonomi,” jelasnya.

Ia tak bosan mengadakan pelatihan dengan misi meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat bertani herbal yang bernilai ekonomi. Ia sekaligus ingin meningkatkan produktivitas ekonomi dengan mengembangkan Bumdes sebagai badan usaha distributor bahan baku jamu tingkat nasional maupun internasional.

Epidemiolog dr Nur Subagyo MSi menambahkan ketidakmampuan pemenuhan bahan pokok herbal karena banyak hal. Ia mencatat antara lain kurangnya sarana budidaya tanaman obat secara komersial di masyarakat. Petani kurang mampu meningkatkan kualitas tanaman karena kurang pengetahuan dan pelatihan.

”Akhirnya banyak yang impor, padahal produk herbal Indonesia jauh lebih bagus dibandingkan bahan impor. Nah, ini peluang sangat besar mengembangkan tanaman herbal,” imbuh dokter yang sehari-hari bertugas di Bantul itu.

Related posts

Leave a Reply