SLEMAN, SMJogja.com – Penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak di Kabupaten Sleman ditemukan sudah menyebar di 12 wilayah kapanewon. Sampai dengan Kamis (9/6) dilaporkan sejumlah 26 ekor ternak positif terkonfirmasi PMK.
Sementara, jumlah ternak suspect sebanyak 882 ekor dan semuanya telah ditangani. “Dari 908 kasus itu, 8 ternak dinyatakan sembuh, 3 ternak mati, dan 897 ekor masih ditangani oleh petugas. Tidak ada yang dipotong paksa,” kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Sleman Nawangwulan, Kamis (9/6).
Dua belas kapanewon yang melaporkan temuan PMK meliputi Moyudan, Gamping, Tempel, Mlati, Sleman, Ngaglik, Pakem, Ngemplak, Cangkringan, Berbah, Prambanan, dan Kalasan. Artinya, hanya tersisa lima kapanewon yang masih bebas dari kasus PMK.
Menurut Nawang, penularan penyakit yang disebabkan oleh virus itu ditengarai berasal dari luar daerah bahkan ada kemungkinan terbawa oleh kendaraan yang baru mengunjungi pasar hewan di luar Sleman. Selain itu juga karena faktor mutasi lokal ternak mengingat virus bisa menyebar di udara hingga jangkauan radius 10 km.
Untuk mencegah kasus semakin meluas, DP3 telah menggerakkan seluruh personel, serta memastikan ketersediaan disinfektan mencukupi. Tim monitoring juga rutin bertugas di pasar hewan Gamping dan Jangkang, pasar kambing Nganggring serta rumah pemotongan hewan. Sejumlah pasar tradisional yang terdapat kegiatan transaksi ternak juga diawasi seperti Pasar Ngino, Sleman, Cebongan, dan Kowen Godean.
“Kasus PMK di Sleman tinggi karena paramedis dan penyuluh kami di lapangan gencar melakukan tracing supaya bisa cepat ditangani. Terlebih nilai ekonomis ternak ruminansia tidak sedikit, mencapai Rp 663,96 miliar terdiri dari populasi sapi potong sejumlah 32.625 ekor, sapi perah 3.419 ekor, kerbau 189 ekor, kambing 23.802 ekor, dan domba 36.113 ekor,” paparnya.
Terpisah, Plt Kepala DP3 Sleman Suparmono menjelaskan, PMK bukan zoonosis sehingga tidak menular ke manusia. Daging ternak yang terjangkit juga tetap boleh dikonsumsi asalkan dimasak dengan cara yang benar.
“Penyakit ini dapat disembuhkan. Hanya saja tingkat penularan yang terjadi sekarang sangat cepat sekitar 1,5 persen,” jelasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman Cahya Purnama juga menegaskan sampai saat ini tidak ada laporan penularan PMK ke manusia. Dikarenakan penyebarannya lewat virus, menurut dia, hal yang perlu diperhatikan adalah daya tubuh hewan tersebut. Salah satunya lewat tambahan asupan protein.
“Meski tidak bersifat zoonosis, saya sarankan saat menangani hewan ternak agar tetap menggunakan APD agar tidak menularkan ke hewan yang lain,” tandasnya.