Praktik ”PjBL” Guru Bahasa Indonesia

Sudaryanto / ist

SALAH satu karakteristik Kurikulum Merdeka (dulu sempat dikenal Kurikulum Prototipe) adalah menerapkan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning, PjBL). Penarapan model PjBL guna mendukung pemulihan pembelajaran akibat pandemi Covid-19 dan pengembangan karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

Pertanyaannya kini, apa dan bagaimana praktik PjBL bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas? Secara teori, PjBL adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Program ini juga merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa (student centered learning). Sehingga PjBL kelak memberikan warna baru dalam pembelajaran yang bersifat konvensional.

Berdasarkan buku The George Lucas Educational Foundation, langkah-langkah PjBL yaitu (1) penentuan pertanyaan mendasar (start with the essential question), (2) mendesain perencanaan proyek (design a plan for the project), (3) menyusun jadwal (create a schedule), (4) memonitor para siswa dan kemajuan proyek (monitor the students and the progress of the project), (5) menguji hasil (assess the outcome), dan (6) mengevaluasi pengalaman (evaluate the experience).

Penarapan langkah-langkah PjBL di atas dapat dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas. Sebagai contoh, di kelas X SMA terdapat Kompetensi Dasar (KD) 4.17 Menulis Puisi dengan memerhatikan unsur pembangunnya (tema, diksi, gaya bahasa, imaji, struktur, dan perwajahan). Terhadap KD itu, guru menyampaikan sejumlah pertanyaan kepada siswa. Bisakah kamu menulis puisi bertema “Pandemi Covid-19”, apa yang menarik bagimu dari tema tersebut dan sebagainya.

Read More

Beri Apresiasi

Selanjutnya, guru mendesain lini masa (timeline) dan deskripsi pengerjaan proyek kegiatan menulis puisi. Pada tanggal sekian, guru menayangkan video bertajuk “Indonesia Melawan Covid-19” di aplikasi Zoom atau Google Meet. Para siswa menyimak video tersebut secara saksama. Setelah itu, mereka menulis puisi dalam bahasa Indonesia pada waktu seminggu. Model puisi bersifat bebas: boleh pantun, boleh narasi-deskripsi, boleh refleksi, dan seterusnya.

Siswa mengumpulkan karya puisinya melalui aplikasi Google Classroom, e-learning sekolah, atau posel (e-mail) kelas/guru. Guru memberikan apresiasi terhadap puisi-puisi siswanya. Apabila di antara puisi-puisi itu terindikasi hasil plagiat, guru dapat menegur siswanya agar tidak mengulangi perbuatannya dan meminta menulis puisi kembali.

Sebaliknya, apabila di antara puisi-puisi siswa bagus isinya, guru dapat mengirimkannya ke media massa, seperti majalah Horison dan harian Kedaulatan Rakyat. Apabila puisi-puisi siswa itu terbit di majalah Horison dan harian Kedaulatan Rakyat, kelak dapat membuat siswa merasa bangga terhadap karyanya sendiri. Di samping itu, para guru dapat meyakinkan kepada siswa bahwa setiap tugas siswa selalu dibaca, ditelaah, diapresiasi, dan dinilai.

Praktik PjBL mendorong para guru untuk belajar, mengajar, dan berkarya. Ketiga kegiatan, yakni belajar, mengajar, dan berkarya, menjadi titik fokus penerapan Kurikulum Merdeka pada setiap satuan pendidikan. Semoga model PjBL dapat mendorong guru dan siswa untuk sama-sama mengeksplorasi pengembangan diri ke arah lebih baik.

  • Penulis, Sudaryanto M Pd, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Ahmad Dahlan

Related posts

Leave a Reply

1 comment