JOGJA, SMJogja.com – Pameran terbesar mebel dan suvenir, Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (JIFFINA) di JEC berlangsung 20-23 Agustus 2022. Perajin menyambut antusias setelah sempat terhenti akibat pandemi Covid-19. Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X yang membuka acara menyebut ada enam karakteristik mebel yang ramah lingkungan.
Pameran kali ini mengusung tema ”Nature is Back for Eco Lifestyle”. Pameran membuktikan bahwa seni dan budaya dapat bersanding dengan konsep eco friendly, ramah lingkungan yang menjadi prasyarat utama produk kekinian.
”Para perajin dan pengusaha hendaknya perlu menerapkan enam karakteristik produk mebel dan produk kayu lainnya yang ramah lingkungan,” pinta Sultan.
Enam karakteristik tersebut yakni kayu bersertifikat, mudah dibongkar dan didaur ulang, tahan lama dan mudah diperbaiki. Selain itu, berbahan insersi logam dan plastik daur ulang, berbahan kayu reklamasi dari produk lama, dan menggunakan bahan bambu untuk aksesoris perabotan, seperti veneer, atau kerai dan lainnya.
Bakal Ketinggalan
Sultan berharap sebanyak mungkin kriteria itu diterapkan pada produk-produk perajin. Ia khawatir Indonesia akan lebih jauh ketinggalan dari produk-produk serupa dari negara lain kalau tidak menerapkan enam hal tersebut. Ia menyebut Vietnam yang menjadi kompetitor utama mebel Indonesia.
”Di era desruptif inovasi, para desainer, kreator dan produsen serta pemasar hendaknya solider bersinergi dalam satu tim kerja. Mereka perlu bersikap antisipatif terhadap perubahan, dan tidak lagi bisa mengandalkan kerja individual-soliter dan nostalgi subyektif pada kebanggaan masa lalu,” paparnya.
Menurutnya di era perubahan yang sering tidak bisa diprediksi, semua pihak harus mencermati dan mengantisipasi perubahan dari bisnis konvensional ke Omni-Channel O2O: On-line to Off-line. Bisnis online ibarat menjual barang ke tempat yang tidak dikenal. Bisnis ini membutuhkan kepercayaan, karena belum pernah mengenal pembeli sehingga harus ekstra prudensial.
Pelaku industri mebel dan kerajinan harus fokus pada keunikan produk yang memiliki nilai lebih dibandingkan produk sejenis. Jjika diferensiasi hanya pada harga murah, produk akan cepat tersingkir begitu masuk produk luar berkualitas yang lebih murah.
”Karena itu, perlu menerapkan konsep technovation yang mengandung tiga aspek yakni inovasi teknologi, technopreneurship dan manajemen teknologi dan marketing,” tandas Sultan.