Rulvastina Randy, GM Perempuan Pertama di The Phoenix Hotel Yogyakarta
YOGYAKARTA – Rulvastina Randy menjadi General Manager perempuan dan orang Indonesia pertama di The Phoenix Hotel Yogyakarta yang merupakan salah satu MGallery Hotel Collection sejak awal hotel ini berdiri.
Sebelumnya, hotel yang menempati bangunan berusia 104 tahun ini selalu di bawah kendali laki-laki dan berasal dari luar negeri, khususnya Prancis.

Maka, menjadi kebanggaan sendiri bagi ibu dua anak dan satu cucu yang akrab disapa Tina ini. Ia merasa sudah menerapkan prinsip emansipasi wanita yang populer digaungkan oleh tokoh nasional asal Jepara, RA Kartini.
“Satu sisi saya bangga menjadi GM wanita pertama di The Phoenix Hotel ini dan berasal dari pribumi. Tapi di sisi lain jadi tantangan, karena tugas berat menanti, utamanya menaikkan kembali bisnis di tengah Pandemi Covid-19,” ujarnya di hotelnya.
Menilik ke belakang, Tina yang memiliki darah Manado, Lampung dan Sunda ini sudah cukup lama melanglang buana di dunia perhotelan, di berbagai kota di Indonesia, bahkan pernah di Italia juga. Tapi menariknya, ia sama sekali bukan berasal dari latar pendidikan perhotelan maupun pariwisata yang identik dengan pekerjaan di hotel. Bahkan, semasa kecil tidak memiliki cita-cita bekerja di hotel.
“Sama seperti anak kecil pada umumnya, mreka cita-citanya jadi dokter, guru, tentara, polisi, pegawai bank, atau pilot. Begitu juga saya, cita-cita jadi orang hotel sama sekali tidak terbersit di benak,” katanya sambil tertawa.
Karena itu, ketika sekolah dan kuliah ia memilih jurusan yang paling umum, yakni manajemen. Ujungnya ia bekerja di bank dan mendapat posisi yang terbilang mentereng, yakni analis kredit keuangan untuk perusahaan-perusahaan.
“Kebetulan, saya jadi analis funding pada perusahaan yang sedang membangun hotel. Otomatis saya harus mempelajari perusahaan itu sedetail mungkin agar keputusan pembiayaan keuangan tepat. Kurang lebih dua tahun mendampingi perusahaan itu dari membangun sampai jadi dan beroperasi,” tuturnya.
Sejak itu ia mengenal hotel dan menariknya, perusahaan yang didampinginya itu langsung mengajak untuk gabung di manajemen hotel. Sempat tak percaya dan ragu, karena sama sekali tidak berpengalaman di hotel, sampai akhirnya memutuskan untuk bergabung.
“Saya diyakinkan bisa bekerja di hotel, karena potensi yang saya miliki. Saya ditempatkan di posisi yang memang saya kuasai, yakni bagian keuangan dan Marketing. Itulah awal mula saya terjun di dunia hotel, sekitar tahun 1990,” jelasnya.
Kembali di era sekarang, Tina mengaku, kondisi pandemi Covid-19 yang sudah sekitar 2,5 tahun ini memang dirasa sangat berat bagi bisnis perhotelan. Hotel di mana-mana sepi, bahkan dampaknya sampai harus merumahkan karyawan atau mengurangi hari kerja.
“Dari tahun 1990 saya pernah mengalami momen-momen yang cukup krusial di hotel dari krisis moneter hingga politik, dan sekarang pandemi Covid-19. Rasanya jauh berbeda, dan yang jelas pandemi paling terasa efeknya. Saya sampai menangis karena harus mengambil keputusan yang sulit yaitu mengurangi hak karyawan bahkan sampai merumahkan, karena demi berlangsung perusahaan,” paparnya.
Setelah melewati masa paling sulit itu, ia kini bisa bernafas lega, karena kondisi bisnis mulai menggeliat lagi setelah kasus Covid-19 cenderung turun dan pemerintah memberi kelonggaran. Setidaknya sejak dua-tiga bulan lalu, hotel mulai ramai lagi oleh tamu baik dari dalam maupun luar negeri.
“Tamu hotel kami memang banyak dari luar negeri, khususnya Eropa. Bulan ini sampai Agustus nanti di Eropa sedang libur musim panas dan banyak yang melancong ke Indonesia, salah satunya di Jogja. Jogja jadi destinasi utama mereka, karena memiliki keunikan di budaya, kuliner, dan lainnya,” terangnya.
Tak hanya di Hotel Phoenix, wanita berusia 56 tahun ini juga pegang kendali di Grand Mercure dan Ibis Yogyakarta Adisucipto. Tingkat okupansi di keduanya juga meningkat, dan ia berharap nafas bisnis hospitality ini akan lega seterusnya.
“Kita tidak hanya menyediakan fasilitas kamar, tapi juga MICE dan kuliner. Saya termasuk orang yang suka dengan kuliner lokal, maka selalu kita hidangkan makanan khas Jogja pada para tamu. Kita pun kerja sama dengan banyak UMKM yang memasok kebutuhan hotel termasuk kuliner lokal tersebut,” ungkapnya.