JOGJA, SMJogja.com – Tradisi membuat apem bagi masyarakat Jawa untuk menyambut hadirnya bulan puasa, ngapeman, berlangsung di Kampung Budaya Langenastran, Yogyakarta. Salah satu kegiatannya, lomba pembuatan apem.
Seluruh kegiatan mematuhi protokol kesehatan karena masih dalam suasana pandemi Covid-19. Ngapeman kali ini bertemaa ”Ngapem Bareng” yang berlangsung di Ndalem Madukusuman, Kecamatan Kraton.
Sesepuh sekaligus panitia, KRT Radiya Wisroyo Sumartoyo menuturkan kue apem merupakan makanan yang cukup legendaris di Jogja. Makanan yang terbuat dari tepung kanji, tepung beras, kelapa muda serta bahan lainnya ini tidak hanya lezat, tetapi juga menyimpan nilai budaya dan historis yang menarik
”Kami menginginkan tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun tetap berjalan seperti biasanya dengan mematuhi protokol kesehatan. Saya yakin, dengan mengenakan masker, pembuatan apem lebih aman,” ujar Radiya.
Tradisi Leluhur
Ia menekankan, warga Langenastran yang hidup tidak jauh dari lingkungan Kraton Jogja harus senantiasa melaksanakan tradisi turun temurun yang sudah diteladani oleh para leluhur. Hal ini terutama, Kraton merupakan pewaris dan sekaligus pelestari budaya Jawa hendaknya selalu diingat oleh masyarakat yang terutama berada di lingkungan Kraton.
Tradisi ngapeman selain merupakan tanda atau simbol menjelang puasa, apem juga sarana silaturahmi antartetangga. Pasalnya, saat ini silaturahmi semakin terkikis oleh budaya gadget yang lebih mementingkan diri pribadi.
Radiya menjelaskan ada berbagai versi sejarah soal asal muasal kue apem. Filosofi kue apem sudah hadir di zaman Sunan Kalijaga. Ceritanya, setelah pulang dari ibadah haji, Sunan Kalijaga melihat Desa Jati Anom, Klaten dan melihat banyak orang kelaparan. Sunan memerintahkan untuk membuat apem dan mengajak masyarakat mengucap zikir bersama.