Sekolah Dhalang Habirandha, Sebagian Besar Siswa Berusia Lanjut

Siswa di Pamulangan Dhalang Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Habirandha sebagian besar berusia lanjut. Kendati demikian mereka semangat mengikuti pelajaran dan latihan / Rizal

JOGJA, SMJogja.com – Kumandang adzan isya belum terdengar jelang latihan rutin para siswa di sekolah dalang atau Pamulangan Dhalang Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Habirandha. Terlihat hanya ada seorang penjaga sedang berbincang dengan warga sekitar di depan pagar pendapa samping Museum Sonobudoyo di Kompleks Alun-alun Utara.

Selang beberapa saat, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Cermo Proboprayitno tiba di tempat latihan. Dia merupakan salah satu abdi dalem keraton atau orang kepercayaan keraton yang ditunjuk sebagai kepala sekolah dalang atau Pamulangan Dhalang Habirandha Yogyakarta.

Satu persatu siswa dan para pamong (guru atau pengajar) Habirandha berdatangan. Sebelum latihan ndalang dimulai, para siswa dipanggil memasuki sebuah ruangan. Di sana, Kanjeng Romo (sebutan kepala sekolah) sudah menunggu. Para siswa diminta mengisi absensi lalu dipersilahkan mengambil makanan untuk bekal sebelum latihan rutin pentas wayang kulit.

Belasan siswa kisaran usia 50 tahun ke atas nampak sumringah menjelang latihan. Meski usianya tak lagi muda, mereka sama sekali tak menunjukkan raut wajah lelah atau mengantuk.

Read More

”Latihan dimulai dan harus selesai sebelum pukul 21.00. Setelah rampung nanti kami evaluasi bersama,” ucap Kepala Pamulangan, KRT Cermo Proboprayitno.

Sarana Mediasi

Kanjeng Romo dengan senang hati mengisahkan awal mula berdirinya Pamulangan Dhalang Habirandha Yogyakarta, sekolah dalang yang dikelola Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sekolah dalang ini berada di seberang keraton (kompleks Alun-alun Utara), atau lebih tepatnya di samping Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Di tempat tersebut terdapat dua bangsal atau pendopo kecil yang dijadikan tempat berlatih para calon dalang siswa Habirandha.

Peralatan yang tersedia di bangsal terbilang lengkap dan sudah memenuhi syarat untuk gelaran pentas seni wayang kulit. Perlengkapan yang ada di sana seperti misalnya pakeliran, wayang dan sejumlah gamelan.

”Berdiri sejak tahun 1925, yang memprakarsai sekolah dalang ini Sri Sultan Hamengkubuwono VIII,” ungkap Kanjeng Romo. Dia menuturkan pada awal berdirinya yang menjadi siswa para kerabat keraton.

Pamulangan Dhalang Habirandha bertujuan mengembangkan profesi dhalang, juga untuk sarana mediasi. Perlawanan saat masa penjajahan dulu masih secara diam-diam. Jadi lewat dhalang disebarluaskan kepada rakyat khususnya masyarakat Yogyakarta bahwa keraton mendukung perjuangan melawan para penjajah.

Seiring perkembangan zaman, rupanya minat masyarakat terhadap profesi dalang semakin meningkat. Masyarakat umum terdiri atas mahasiswa, pekerja BUMN, bahkan TNI mulai banyak yang tertarik mempelajari keilmuan dalang di sana.

Related posts

Leave a Reply