SLEMAN, SMJogja.com – Kabupaten Sleman menjadi tuan rumah penyelenggaraan Pekan Olahraga Daerah (Porda) DIY tahun 2022 yang akan dilangsungkan pada 1-9 September mendatang.
Sleman tercatat sudah beberapa kali memperoleh gelar juara umum dalam event dua tahunan itu. Pada Porda tahun 2007, 2009, dan 2011, kontingen Bumi Sembada sukses mencetak hattrick juara umum. Pada Porda ke-16 ini, Sleman kembali menargetkan keberhasilan tiga kali berturut-turut.
“Di Porda 2017 dan 2019, Sleman menjadi juara umum. Harapannya tahun ini bisa kembali meraih prestasi yang sama sehingga semboyan yang digaungkan adalah satu tekad hattrick lagi,” kata Ketua KONI Sleman Joko Hastaryo, Jumat (15/7).
Dia optimis target itu bisa tercapai karena jumlah atlet, dan nomer pertandingan yang diikuti oleh Kabupaten Sleman paling banyak dibandingkan daerah lain. Sehingga, peluang mendapatkan medali emas lebih terbuka lebar. Untuk mencapai target hattrick, berbagai upaya telah dilakukan mulai dari latihan intensif hingga pemetaan potensi raihan medali emas pada masing-masing cabang olahraga.
Diproyeksikan, capaian sebanyak 192 dari 494 medali emas yang diperebutkan. “Jika setidaknya 80 persen atau sekitar 165 medali emas bisa diperoleh, kita bisa jadi juara umum lagi,” ujarnya.
Kontingen Sleman akan bertanding di 44 cabor plus satu ekshibisi yaitu olahraga petanque. Total atlet yang diterjunkan sejumlah 965 orang termasuk peserta cabor petanque. KONI sudah menyiapkan iming-iming bonus bagi atlet berprestasi termasuk cabor yang meraih juara umum. Total anggaran yang disiapkan untuk bonus mencapai Rp 8 miliar.
Joko menambahkan, kendala paling menonjol yang dihadapi selama proses latihan adalah keterbatasan waktu. Pasalnya, banyak atlet yang masih duduk di bangku sekolah maupun kuliah sehingga intensitas latihan berkurang. Mengatasi persoalan itu, KONI telah melayangkan surat kepada instansi berwenang agar siswa atau mahasiswa yang akan mengikuti Porda bisa mendapatkan dispensasi.
Disamping itu, pengurus cabor meminta ada pendampingan psikologis dan aspek gizi. Pendampingan gizi ini utamanya dibutuhkan bagi atlet cabang bela diri dan pertandingan yang mendasarkan pada kelas badan serta mengandalkan kekuatan.
“Terkait hal ini, kami sudah merencanakan kerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk membentuk posbindu dan layanan konsultasi online,” terang Joko.