SLEMAN, SMJogja.com-Harga minyak goreng yang melambung tinggi mendorong pemerintah untuk melakukan operasi pasar. Di wilayah Kabupaten Sleman, pemerintah pusat mengalokasikan 6.864 liter minyak goreng kemasan.
“Kita mendapat jatah dalam 572 karton, per karton isi 12 liter. Barangnya baru datang hari Jumat dan Sabtu kemarin,” kata Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sleman Nia Astuti saat dikonfirmasi, Senin (24/1).
Sejumlah 200 karton dari alokasi minyak goreng tersebut didistribusikan pada masyarakat melalui operasi pasar yang digelar di enam kapanewon meliputi Sleman, Seyegan, Tempel, Prambanan, Cangkringan, dan Turi. Sasarannya adalah warga kurang mampu.
Operasi pasar di tingkat kapanewon ini dilaksanakan mulai Senin (24/1) hingga Kamis (27/1). Sementara, 150 karton lainnya disalurkan ke UMKM lewat Dinas Koperasi dan UKM. Adapun sisanya sebanyak 222 karton dibagikan melalui Paguyuban Ritel Sleman ke warung-warung dan ritel lokal.
“Sebenarnya masih banyak yang belum disasar, tapi kita juga hanya dijatah,” ujarnya.
Dia berharap ke depan, operasi pasar bisa diadakan lagi dan ada penambahan kuota. Terkait hal ini, Pemkab masih menunggu koordinasi dengan Disperindag DIY. Masih rendahnya sasaran operasi pasar setidaknya terlihat dari jumlah kapanewon yang menjadi menjadi target.
Di Sleman, keseluruhan terdapat 17 kapanewon namun pada kesempatan operasi kali ini hanya menjangkau enam wilayah. Penentuannya didasarkan pertimbangan angka kemiskinan yang dipandang relatif tinggi.
Dalam kegiatan operasi pasar ini, komoditas minyak goreng dijual seharga Rp 14 ribu per liter. Tiap orang dibatasi pembelian maksimal dua liter. Melalui program itu, pemerintah berharap mampu menekan harga minyak goreng yang sejak tiga bulan terakhir terus merangkak naik.
Saat ini, harga minyak goreng bermerek di pasaran rata-rata Rp 20 ribu per liter, dan minyak tanpa merek atau curah Rp 19 ribu per liter. Normalnya, harga berkisar Rp 13 ribu hingga Rp 15 ribu.
