SLEMAN, SMJogja.com – Destinasi wisata alam di wilayah Prambanan beberapa waktu belakangan mengalami perkembangan cukup pesat. Salah satu yang menjadi favorit adalah Obelix Hills, sebuah wisata bukit yang terletak di Dusun Klumprit, Wukirharjo, Prambanan, Sleman.
Sejak mulai hadir sekitar satu tahun silam, destinasi ini mendapat respon positif dari kalangan pecinta wisata. Saat pandemi, angka kunjungan sempat berkurang. Namun menurut Manager Obelix Hills, Monica Priyatno, penurunan itu tidak signifikan.
“Dari awal, kami memang menerapkan protokol kesehatan dan selalu concern dengan hal tersebut. Dengan jaminan itulah, kami tetap bisa membuat pengunjung datang dengan aman, dan berwisata secara sehat,” ujarnya, Jumat (19/8).
Sebagaimana tempat wisata pada umumnya yang menyuguhkan keunggulan tersendiri, Obelix Hills juga memiliki andalannya yakni view sunset yang diklaim sebagai lokasi terbaik di Yogyakarta. Luasan alam menjadikan kawasan ini berada pada posisi yang tepat untuk menikmati momen senja. Suasana semakin syahdu dengan terpaan hawa dingin angin perbukitan.
Pukul 16.00 hingga 18.00 adalah waktu yang paling pas untuk menikmati wisata di Obelix Hills. Sunset on the rock, demikian istilah konsep wisata yang disematkan oleh pengelola.
Disamping pemandangan alam, Obelix Hills juga menyuguhkan wahana buatan. Salah satu yang paling ramai adalah giant swing berupa sensasi ayunan dengan ketinggian 6 meter dari rata tanah. Tarif wahana ini berkisar Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu.
Selain itu, pengunjung bisa mengabadikan kenangan di 30 spot foto gratis. Event harian juga dirancang agar wisatawan tidak bosan bahkan pengelola akan menyiapkan jika ada yang berminat menggelar acara di tempat tersebut.
“Kami selalu berusaha menghadirkan konsep yang berbeda dengan taman wisata lain. Murah tapi tidak murahan, sehingga orang bisa berwisata nyaman,” ucapnya.
Tempat wisata ini buka setiap hari dengan tiket masuk Rp 15.000 hingga Rp 20.000. Tidak sekedar berorientasi pada bisnis, kehadiran Obelix Hills juga memberi manfaat pada warga sekitar. Mayoritas pekerja di destinasi itu adalah penduduk setempat. Pihak BUMDes juga dilibatkan dalam hal pemberdayaan UMKM.
“Kami juga akan sering berkolaborasi dengan sanggar untuk menambah keseruan acara, misal dengan pertunjukan tarian dan acara-acara desa lain yang bisa dikolaborasikan,” ujarnya.