JOGJA, SMJogja.com – Para peternak unggas merasa heran akibat kebijakan yang tumpang tindih. Bagaimana tak heran, mereka tidak boleh menjual telur dengan harga tinggi tapi di sisi lain harga pakan ternak melesat selangit.
Kondisi tersebut terungkap dalam diskusi Presidium Perhimpunan Perunggasan Peternak Nasional di Fakultas Peternakan UGM. Belum selesai persoalan itu, harga BBM naik yang tentu berimbas pada biaya operasional dan lainnya.
”Peternak mengalami kerugian akibat mahalnya harga pakan. Ini kalau tidak diiringi dengan kenaikan harga telur tentu membuat peternak rugi besar,” tandas Yudianto Yosgiarso dari presidium. Kerugian jelas terlihat ketika populasi peternak turun hingga 30 persen.
Sempat Membaik
Ia menjelaskan harga sempat membaik dan berada di posisi Rp 24.000 per kg. Namun mengalami penurunan pada pertengahan Agustus disertai isu harga telur naik sangat tinggi. Hal ini membuat peternak lagi-lagi mengalami kerugian.
Ia menganalisa kenaikan harga pakan salah satunya aklibat perang Rusia-Ukraina. Beberapa bahan pokok pakan yang masih impor mengalami kenaikan.
”Contohnya, harga jagung sekarang Rp 6.000 per kg padahal harusnya Rp 4.200 per kg. Ini membuat pakan mahal. Padahal harga telur dibatasi Rp 22.000 – Rp 24.000. Bagaimana tidak rugi? Kami siap bekerja sama tapi segera tetapkan Harga Acuan Peternak,” tandas Yudianto.
Dekan Fakultas Peternakan UGM, Budi Guntoro mengatakan kenaikan BBM bakal menimbulkan gejolak harga di bidang apapun termasuk peternakan. Ia minta Pemerintah memperhatikan peternak yang mengajukan solusi adanya subsidi agar dapat terus berusaha.