Tak Boleh Sembarangan, Cara Memegang dan Dialog Wayang Ada Pakemnya

Para siswa sekolah dalang mulai belajar dan berlatih pukul 20.00-22.00. Setiap malam mereka belajar pentas agar benar-benar siap memainkan wayang kulit usai lulus / Rizal

JOGJA, SMJogja.com – Ada batasan usia di Sekolah Dhalang Habirandha. Ini tak lain agar tidak ada kesulitan ketika mereka pentas bersama. Selain itu, kalau menerima siswa dengan usia yang masih sangat muda, nantinya yang kesulitan para pamong atau guru.

Kepala Sekolah Dhalang atau Pamulangan Dhalang Habirandha Yogyakarta, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Cermo Proboprayitno menuturkan batasan usia siswa 17-58 tahun. Saat ini, Pamulangan Dhalang Habirandha memiliki tujuh pamong, dua sinden dan wiyogo sebanyak 18 orang. Pengurus dan pengasuhnya kebanyakan abdi dalem keraton.

”Kami membuka pendaftaran siswa baru biasanya Desembe r sedangkan bulan berikutnya atau Januari tahun depannya sudah mulai tahun ajaran baru. Untuk mengenyam pendidikan, siswa wajib melalui tiga tahap atau kelas. Masing-masing kelas durasi belajarnya setahun,” tutur Kanjeng Romo, sapaan sehari-harinya.

Jadwal berlatih ndhalang kelas 1 masuk setiap Senin dan Rabu, kelas 2 masuk setiap Rabu dan Jumat. Sedangkan kelas 3 masuk setiap Selasa dan Kamis. Semua latihan dilakukan malam hari mulai pukul 20.00-22.00.

Read More

Seperti lembaga pendidikan formal pada umumnya, Habirandha juga mempunyai kurikulum pelajaran. Namun penerapannya lebih sederhana. Salah satu teknik yang dipelajari yaitu cepeng sabet (memegang wayang). Hal ini tidak sembarangan karena harus sampai benar-benar tahu karakter wayang.

”Tak cuma itu, teknik penting lainnya yakni ontho wecono, pembicaraan wayang. Ini salah satu satu yang paling sulit dan paling banyak dikeluhkan siswa baru yang belajar. Banyak siswa yang baru masuk kesulitan mengucapkan dialog atau suara khas masing-masing tokoh wayang karena berkaitan dengan karakter yang melekat pada setiap tokoh wayang,” imbuh pamong MW Cermo Sutedjo di sela-sela latihan.

Ruh Wayang

Menurut Sutedjo, dalang merupakan ruh pertunjukan seni wayang kulit. Perannya sangatlah penting. Dalang menjadi komando bagi semua unsur yang ada dalam pertunjukan. Cepat atau lambat irama saat pentas, tergantung sang dalang. Pemain gamelan harus patuh pada dalang.

Setiap latihan, siswa mementaskan sejumlah kisah antara lain tentang Dewa Ruci, Babat Alas dan Bimo Suci (seri Werkudoro). Kadang juga cerita Prabu Sosro Gundolo (seri Gatotkaca). Siswa yang tampil tidak dibekali kertas bertuliskan naskah cerita lakon wayang. Pamong bercerita kepada siswa, lalu siswa tersebut mendengarkan dan menulisnya.

”Cara ini dinilai lebih efektif ketimbang dalang hanya menghafal alur cerita lalu dipentaskan. Tujuan metode tersebut supaya dalang benar-benar paham inti cerita dan juga ingatannya semakin tajam pada saat pentas di hadapan orang,” tandasnya.

Ujian dalang berlangsung siang hari di keraton dengan durasi pentas sekitar tiga jam. Syarat siswa layak mengikuti pendadaran atau ujian, harus sudah lulus kelas 1 dan kelas 2. Berikutnya, sudah bisa menangkap dengan baik semua pelajaran.

Kendati Pamulangan Dhalang Habirandha bukan satu-satunya sekolah dalang, tetapi terbukti mampu membekali keterampilan dasar hingga teknik-teknik penting untuk menjadi dalang. Baik atau jelek seorang dalang yang menilai masyarakat.

Related posts

Leave a Reply