Tak Lagi Menyandang Predikat Negatif, Gunungkidul Menyusul Bali

Salah satu destinasi wisata di kawasan Panggang, Gunungkidul / Agung PW

GUNUNGKIDUL, SMJogja.com – Daerah yang dulu identik dengan kemiskinan kini mulai menggeliat. Tak hanya menggeliat tetapi melesat, meninggalkan predikat negatif tersebut. Gunungkidul, nama daerah tersebut. Dulu, banyak warganya merantau untuk mencari nafkah, kini banyak pula yang pulang karena daerahnya seakan menjadi gula. Banyak destinasi wisata yang menyedot ribuan bahkan jutaan orang setiap tahunnya.

”Deurbanisasi bukan omong kosong. Ini nyata dan sekarang terjadi di Gunungkidul. Banyak orang pulang ke kampung halaman ingin membuat usaha di sini setelah melihat kotanya selalu ramai,” ungkap Komisaris Independen BCA, Cyrillus Harinowo di Drini Hills.

Ia menuturkan ribuan bus setiap hari melintasi rumahnya yang tak jauh dari Pantai Drini. Setiap hari jalanan penuh dengan kendaraan wisata, terlebih ketika akhir pekan atau masa liburan. Ia pernah menghitung dan berhenti melakukannya karena kelelahan melihat kendaraan wisata yang melintas. Ini baru di Pantai Drini saja.

Padahal di Gunungkidul terdapat 50 pantai eksotik yang telah teridentifikasi. Masih banyak lagi pantai yang belum teridentifikasi dan masih sangat alami. Tak heran kalau wisatawan asing menyukai pantai-pantai tersebut seperti layaknya ketika mereka di Bali. Bayangkan kalau masing-masing pantai setiap hari menyedot wisatawan. Meskipun tak masuk dalam destinasi wisata super prioritas namun potensinya tak kalah.

Read More

Perkembangan Pesat

Selain potensi pantai yang luar biasa, Gunungkidul juga memiliki geopark yang sudah tercatat di UNESCO. Di seluruh dunia ada 165 geopark dan 10 persennya berada di sini. Bahkan ada salah satu desa di kawasan geopark menjadi desa wisata terbaik dunia yakni Nglanggeran.

”Perkembangan wisata di Gunungkidul memang luar biasa. Tidak ada tempat yang tidak indah, semuanya sangat indah dan lengkap, ada pantai, ada gunung, ada tradisi. Saya kira ini akan menjadi next Bali, dalam 10-20 tahun lagi akan sangat keren,” tandas Harinowo.

Ketertarikan dan kecintaannya pada kota seribu gunung membuatnya betah di sana. Ia membangun penginapan dan rumah makan untuk memfasilitasi wisatawan yang ingin menginap. Melakukan eksplorasi di Gunungkidul tak cukup satu-dua hari.

Ia juga membuat buku Gunungkidul menjadi The Next Bali yang peluncurannya dihadiri Bupati Sunaryanta di Pendopo Kabupaten. Hadir dalam acara peluncuran buku, EVP CSR BCA Inge Setiawati, EVP Wealth Management BCA Ugahary Yovvy Chandra, Kepala BCA KCU Yogyakarta Anggardini Swadari, Direktur Utama PDAM Gunungkidul Toto Sugiharto, dan Kepala Dinas Pariwisata Gunungkidul Arif Aldian.

”BCA komit untuk terus mengembangkan pariwisata lokal, menjelajahi desa-desa dengan ragam potensinya untuk menjadi destinasi kelas dunia. Kami ingin terus menemukan dan mengembangkan the next Bali, demi kedaulatan Indonesia di usianya yang ke-77 tahun ini,” ujar EVP CSR BCA Inge Setiawati sembari menambahkan pada tahun 2013 meresmikan Gua Pindul yang kini sangat mendunia.

Desa wisata tersebut akhirnya menjadi desa wisata pertama yang dikembangkan BCA dan menjadi referensi dalam mengembangkan desa wisata lainnya di seluruh Indonesia sebagai dari program CSR.

Related posts

Leave a Reply